A. Pembukaan Jepang
dan Runtuhnya Bakufu
Sementara Jepang tenggelam dalam
tidurnya yang panjang dalam keterasingan, solusi bentuk negara modern dan
persatuan nasional sedang berlangsung di bagian Barat dunia. Lebih dari itu, perkembangan
kapitalisme mengakibatkan revolusi industri yang menyebabkan bangsa Barat
melihat ke luar negeri untuk mencari pasaran bagi hasil industrinya dan untuk
sumber-sumber bahan baku baru. Dengan cara ini tangan dunia Barat mulai
merentang ke Jepang.
Bangsa pertama yang mengetuk pintu
Jepang ialah Rusia. Pada tahun 1792 Rusia yang telah meluaskan wilayahnya
hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya, Adam Laxmann, ke Nemuro di
Hokkaido untuk memulangkan awak kapal Jepang yang kandas di Rusia, dan untuk
mengajukan nota resmi yang memohon dibukanya hubungan perdagangan antara kedua
negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang kebijaksanaan pengasingan
Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut harus dilakukan di Nagasaki,
dan memintanya supaya pulang kembali. Setelah itu Rusia mengirim utusan ke
Nagasaki, tetapi utusan ini pun diusir oleh penguasa Jepang, yang menyebabkan
Rusia kemudian menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah bagian
utara Jepang. Karena itu Bakufu meletakkan Hokkaido langsung dibawah
pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara itu seorang tentara
bayaran Bakufu bernama Kondo Juso menjelajahi daerah Kuriles, dan Mamiya Rinzo
membuat survai atas Karafuto (Sakhalin) dan memastikan bahwa apa yang selama
ini dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau tersendiri.
Pada tahun 1846 Amerika (Commodore
Biddle) mencoba membuka perdagangan dengan Jepang, tetapi gagal. Pada tanggal 8
juli 1853, Commodore Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika
Serikat masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Edomembawa surat dari Millard
Fillmore, Presiden Amerika.Dalam surat tersebut Fillmore menyatakan bahwa Amerika
Serikat ingin membuka hubungan baik dengan Jepang dan meminta perlakuan lebih
baik bagi awak kapal yang kapalnya karam atau terdampar, fasilitas untuk
mengisi batu bara dan perbekalan di pelabuhan-pelabuhan Jepang, dan apabila
memungkinkan, izin untuk berdagang. Perry sendiri menambahkan sepucuk
surat yang secara tidak langsung menyatakan bahwa jika permintaan tersebut
ditolak, ia akan kembali untuk memperoleh jawaban pada musim semi berikutnya
dengan membawa kekuatan yang jauh lebih besar. Ancaman itu membuat bakufu
berjanji untuk memberi jawaban atas permintaan Amerika Serikat pada tahun
berikutnya.
Bakufu memohon pertimbangan dari
istana dan para damiyo mengenai cara membalas surat itu. Terjadi perselisihan
paham antara mereka yang mendukung dibukanya negara dan mereka yang menuntut
supaya orang-orang “biadab” ini diusir.
Sebenarnya, yang menjadi alasan
mengapa Amerika Serikat menginginkan Jepang membuka negaranya adalah peristiwa
yang terjadi di Amerika Serikat sendiri. Pada tahun 1848, Amerika Serikat
merebut California dari Meksiko dan menjadikannya salah
satu negara bagiannya. California sendiri memiliki wilayah yang cukup
luas dan beberapa wilayahnya terletak di pesisir barat benua Amerika.
Dengan pencaplokan California ini, Amerika Serikat memperoleh wilayah pantai
yang luas di Pasifik. Saat itu pula, Shanghai menjadi salah satu tempat
terpenting dalam perdagangan Amerika Serikat maka sempat timbul wacana untuk
membuka jalur pelayaran dari San Francisco di California ke Shanghai.
Karena wilayah Jepang terletak di antara jalur tersebut, terlebih lagi dengan
adanya laporan-laporan Belanda yang menyatakan bahwa di pulau-pulau Jepang
terdapat endapan batu bara, maka tak ada kata lain selain memaksa Jepang
membuka negerinya.
Pada bulan Agustus 1853, Angkatan
Laut Rusia yang dipimpin oleh Laksamana Putyatin berlabuh di Nagasaki dengan
empat buah kapal. Tujuan mereka kurang lebih sama dengan apa yang diinginkan
oleh Amerika Serikat. Mereka meminta Jepang membuka pelabuhan untuk
tempat persinggahan dan perdagangan. Namun, karena bakufu tidak
memberikan jawaban maka Putyatin kembali ke Rusia.
Pada bulan Februari 1854, Perry
datang kembali dengan membawa delapan buah kapal. Dalam waktu sekitar
setengah tahun semenjak kedatangan Perry yang pertama, para penentu kebijakan
di Edo telah mengadakan musyawarah dengan para penguasa feodal Jepang.
Akan tetapi, dalam masyarakat terjadi perbedaan pendapat yang sukar dicari
titik temunya. Ada yang berpendapat bahwa tuntutan yang menghina tersebut
mutlak harus ditolak, bahkan kalau perlu dengan perang sekalipun.
Menerima tuntutan tersebut berarti menodai kehormatan nasional dan
menginjak-injak martabat bakufu. Pendapat lain mengatakan bahwa
mencoba mengulur, jika itu berarti berkompromi, boleh dilakukan mengingat Jepang
lemah dalam bidang militer. Waktu yang diperoleh bisa digunakan untuk
menyiapkan diri guna menghadapi perang dengan mempelajari teknologi dan
persenjataan Barat.
Menghadapi keadaan yang tidak
menentu ini, Abe Masahiro, anggota dewan senior Tokugawa (rôjû),
memutuskan untuk menerima sebagian besar usulan Perry jika upaya-upaya lain
yang dilakukan tidak berhasil. Abe menyadari bahwa diperlukan adanya
kesepahaman umum dalam rangka mengeluarkan kebijakan untuk membuka negara dan
melakukan kontak dengan bangsa asing. Sebuah kebijakan yang sangat tidak
populis, namun tidak dapat dihindari. Ia lalu menyampaikan usulan Perry
ke semua daimyô. Ini merupakan langkah bersejarah yang belum
pernah terjadi sebelumnya selama dua setengah abad bakufu Tokugawa berkuasa.
Peristiwa ini juga membuka pintu diskusi dan kritik terhadap seluruh kebijakan bakufu
walaupun berdampak pula dengan turunnya prestise dan wewenang Tokugawa.
“Rayuan” Abe kepada para daimyô
tidak menghasilkan konsensus nasional. Sebagian besar daimyô
menolak bangsa asing, namun membuat pernyataan ambigu. Sekitar sepertiga
wilayah feodal (han) yang paling berpengaruh menyadari bahwa Jepang
harus membuat kesepakatan dagang dengan bangsa asing dan keuntungan yang
didapat dipergunakan untuk memperkuat pertahanan. Sebagian yang lain
menentang perdagangan, tetapi mengusulkan untuk membuat cukup kesepakatan guna
memberikan waktu untuk menyiapkan kekuatan militer. Sisanya meminta
Jepang tidak membuat kesepakatan apapun dan mengusir keluar bangsa Amerika.
Kondisi yang tidak jelas itu
akhirnya memaksa Abe untuk menerima sebagian besar usul Perry. Dalam
perundingan di Yokohama, di bawah meriam kapal-kapal Amerika Serikat, Perry
menunjukkan sikap tidak mau berkompromi. Akhirnya, pada tanggal 31 Maret
1854, ditandatangani sebuah perjanjian. Perjanjian tersebut dikenal
sebagai Perjanjian Persahabatan Jepang-Amerika Serikat (Nichibei Washin
Jôyaku). Sebab-sebab adanya perjanjian tersebut adalah:
1.
Pemerintahan
Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya
perdagangan-perdagangan asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing
2.
Pada
tahun 1842, Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang
Candu, treaty ports) kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah
pengaruh antara Inggris, Perancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi,
tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung
3.
Amerika
Serikat membutuhkan tempat istirahat, ditengah jalan perjalanan antara pantai
barat Amerika (pada waktu itu mulai berkembang karena ekspansi Amerika ke
Barat) dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat
peristirahatan yang baik saja, tetapi juga mengandung kemungkinan-kemungkinan
perdagangan (teh, sutera) yang sangat menguntungkan.
4.
Kepulauan
Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik
Dengan diadakannya perjanjian ini,
selepasnya muncul perjanjian-perjanjian yang serupa, dengan Inggris, Rusia dan
Belanda. Dengan demikian, terbukalah pintu Jepang lebar-lebar untuk bangsa
asing. Jepang sekali lagi dibuka setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang
dua abad, dan berakhirlah politik isolasinya.Sedangkan isi dari perjanjian Perjanjian
Persahabatan Jepang-Amerika Serikat, yaitu:
1.
Akan terciptanya suatu perdamaian yang
nyata, permanen, dan menyeluruh, serta persahabatan yang tulus dan sesungguhnya
antara Amerika Serikat dan Kekaisaran Jepang.
2.
Pelabuhan Shimoda dan Hokadate dijamin
oleh Jepang sebagai
pelabuhan yang dapat dimasuki kapal-kapal Amerika.
3.
Apabila kapal Amerika Serikat terdampar
atau mendapat kecelakaan di pantai Jepang, kapal Jepang harus menolong mereka
dan membawa awaknya ke Shimoda dan Hokadate.
4.
Konsul Jenderal dibuka di Shimoda
Dalam perjanjian ini disepakati
untuk membuka dua pelabuhan yang oleh Jepang dianggap kurang penting dan terisolasi,
yaitu Shimoda, yang terletak di ujung Semenanjung Izu yang bergunung-gunung,
dan Hokodate, yang berada di Hokkaido. Mereka juga menyepakati untuk
menempatkan konsulat Amerika Serikat di Shimoda dan berjanji untuk
memperlakukan para awak kapal yang kapalnya karam dengan baik. Tidak ada
pasal yang menyangkut hak berdagang dalam perjanjian ini. Perjanjian
serupa kemudian juga ditandatangani oleh Jepang dengan Inggris, Rusia, dan
Belanda.
Sesuai dengan Perjanjian
Persahabatan Jepang-Amerika Serikat, Amerika Serikat segera menempatkan
konsulat jenderalnya di Jepang. Townsend Harris, seorang mantan pengusaha
yang ditunjuk sebagai konsul jenderal tersebut, tiba di Shimoda pada bulan
September 1856. Harris memegang peranan yang sangat penting dalam membujuk
dan menekan bakufu agar segera membuka hubungan perdagangan dengan Amerika
Serikat. Di tengah krisis itu, untuk pertama kalinya, shôgun
meminta pertimbangan kaisar agar dapat memecahkan masalah tersebut.
Namun, Ii Naosuke, Abe Masahiro, dan Tokugawa Yoshinobu (Keiki), yang merupakan
para pembela bakufu, mendesak bakufu agar menandatangani
perjanjian dengan Amerika Serikat dalam rangka pembukaan hubungan perdagangan
itu. Ii Naosuke, yang ditunjuk sebagai penasihat senior (tairô),
pun menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Perdagangan
Jepang-AS (Nichibei Shûkô Tsûshô Jôyaku). Isi
perjanjiannya meliputi:
1.
Pajak atau cukai akan dibayar
kepada pemerintah Jepang dari barang-barang buatan Jepang yang di ekspor
sebagai muatan sesuai dengan tarif yangdisepakati bersama.
2.
Jika tawaran diterima oleh
pemilik, maka harga penjualan akan dibayarkan kepada pemerintah Jepang segera
dan tidak mengalami pemotongan apapun.
3.
Barang-barang untuk kebutuhan
kapal Amerika dapat dibongkar dan ditumpukdidalam gudang dan tidak wajib
membayar cukai.
4.
Akan tetapi jika barang
tersebut dijual di Jepang, maka penjual harus membayarpajak cukai kepada
penguasa-penguasa Jepang.
5.
Pemasukan candu dilarang. Kapal
Amerika yang hendak berdagang candu lebih dari 3 kali beratnya, maka kelebihan
tersebut akan dikuasai dan dimusnahkan oleh pejabat-pejabat Jepang.
Selain itu, perjanjian ini
juga berisi:
1.
Orang Amerika yang berbuat
kesalahan kepada orang Jepang harus diadili di pengedilan konsulat Amerika, dan
jika bersalah harus dihukum dengan undang-undang Amerika.
2.
Orang Jepang yang memiliki
kesalahan kepada Amerika diadili oleh pejabatJepang, dan dihukum oleh
undang-undang Jepang.
3.
Pengadilan Amerika akan terbuka
bagi orang-orang Jepang yang mempuyai hutang dan memungkinkan untuk memperoleh
ganti rugi terhadap tuntutan-tuntutan mereka yang adil.
4.
Pengadilan Jepang akan terbuka
bagi orang Amerika yang menginginkan ganti rugi yang adil terhadap orang-orang
Jepang.
5.
Pemerintah Amerika dan Jepang
tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk pembayaranyang dilakukan oleh warganya
masing-masing.
Berdasarkan perjanjian yang
ditandatangani pada tanggal 29 Juli 1858 ini, Jepang harus membuka empat
pelabuhan lain diluar Hakodate untuk perdagangan bebas, yakni Kanagawa,
Nagasaki, Niigata, dan Hyogo.
Selain itu, ditetapkan pula dua buah
poin yang bagaimanapun juga tidak dapat disebut sebagai perjanjian yang
seimbang. Hal itu disebabkan oleh karena perjanjian ini menghalangi
Jepang dari pemberlakuan bea masuk untuk barang-barang impor secara bebas dan
mengizinkan hak ekstrateritorial, di mana orang-orang asing yang terbukti
melakukan tindak kriminal di Jepang tidak dapat diadili sesuai dengan peraturan
Jepang, tetapi dihukum sesuai dengan dengan peraturan yang berlaku di negara
tempat mereka berasal.
Li Naosuke mengambil tindakan
represif yang keras melawan oposisi dan bnyak orang yang setia kepada kaisar
dibunuh oleh Li Naosuke. Kebencian terhadap Ii Naosuke sendiri memuncak dan
pada akhirya dia dibunuh oleh samurai tak bertuan dari clan Satsuma dan Mito.
Pada saat yang sama pembukaan hubungan dagang dengan negara asing sangat
mengacaukan perekonomian Jepang. Pembelian barang-barang ekspor dalam jumlah
besar menyebababkan tidak keseimbangan dalam permintaan dan persediaan yang
mengakibatkan kenaikan harga. Lebih dari itu, nilai emas dan perak sangat
berbeda jika dibandingkan dengan nilai di negara lain, pedagang asing membawa
perak untuk membeli mata uang emas Jepang, sehingga emas mengalir keluar Jepang
dalam Jumlah besar. Karenanya bakufu mengedarkan mata uang emas dengan mutu
lebih rendah yang menyebabkan harga semakin melonjak.
Setelaah wafatnya Li Naosuke bakufu
berusaha mengendalikan krisis melalui kerja sama dengan istana, tetapi
kekuasaannya beransur-ansur menurun. Sementara itu perasaan anti orang asing
menjadi lebih runcing. Klan Choshou menembak kapal asing yang melalui selat
Shimonsheki dan sebagai pembalasan, tempat pertahanannya sendiri diduduki,
sementara Clan Satsuma diserang pasukan
Inggris di Kagoshima. Clan yang kuat ini cepat menyadari bahwa “mengusir orang
biadab” sebenarnya mustahil, tetapi terus bersihkeras dalam usaha pengusiran
sebagai cara untuk mempersulit kedudukan bakufu.
Klan Chosu pada mulanya menyerukan
kesetiaan pada kaisar dan pengusiran orang-orang asing, sementara Klan Satsuma
menyerukan kerja sama antara istana dan bakufu. Tidak lama kemudian fraksinya
meyerukan dijatuhkannya bakufu berkuasa dikedua clan tersebut, dan pada tahun
1866 kedua clan menandatangi perjanjian aliansi rahasia. Di istana, Iwakura
Tamomi dan bangsawan berpangkat rendah lainnya, berusaha mengeluarkan perintah rahasia
dari kaisar untuk menjatuhkan bakufu ketangan clan Satsuma dan Chosu. Tetapi
pada hari itu Shogun ke 15, Yoshinobu atas kehendaknya sendiri mengusulkan
pengembalian tampuh pemerintahan kepada istana. Ia melakukan ini sebagai hasil
peringatan yang disampaikan oleh penguasa clan tosa kepada bakufu yang
menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menghindari campur tangan asing dan
untuk memelihara kemerdekaan Jepang, ialah dengan mengembalikan pemerintahan
langsung oleh kaisar secara damai. Istana menerima petisi Yosinogu dan
mengeluarkan pemerintah yang menyatakan pemulihan pemerintahan kasiar di tangan
kaisar Meiji ( tahun 1868).
Perjanjian dengan Amerika Serikat
tersebut bukan merupakan satu-satunya perjanjian dagang yang ditandatangani
oleh Jepang dengan Barat. Setelah perjanjian dengan Amerika Serikat itu
ditandatangani, Duta Besar Khusus Inggris yang bernama Lord Elgin mempelajari
perjanjian Harris, kemudian mencontohnya, dan menggunakannya sebagai perjanjian
bagi Inggris dengan menambahkan pasal yang menyangkut perlakuan yang sama bagi
semua negara yang berdagang dengan Jepang. Elgin menyelesaikan
perundingan tersebut dalam waktu dua hari dan pada tanggal 26 Agustus 1858,
perjanjian tersebut ditandatangani. Tidak lama kemudian, perjanjian
serupa juga ditandatangani dengan Perancis, Rusia, dan Belanda. Dengan
begitu, masa isolasi negara yang telah berlangsung selama lebih dari dua abad
berakhir. Meskipun demikian, hal tersebut menyebabkan Jepang terperangkap
dalam kekacauan internasional.Kekacauan itu tak lain disebabkan oleh
menonjolnya dominasi negara-negara Barat tersebut terhadap Jepang.
Hal ini muncul akibat negara-negara tersebut
menganggap bangsanya jauh lebih unggul dan jauh lebih beradab daripada
bangsa-bangsa di Timur, tak terkecuali Jepang, maka mereka tidak ingin
disetarakan dengan bangsa-bangsa yang masih “terbelakang” itu. Dominannya
negara-negara Barat terlihat dengan adanya ketidakadilan dalam perjanjian
tersebut. Negara-negara Barat tidak memberikan kebebasan untuk menentukan
bea masuk barang-barang impor. Sementara, negara-negara tersebut bisa
dengan mudah menikmati hak ekstrateritorial.
B.
Dampak Pembukaan Jepang oleh Bangsa Asing
Dengan terjadinya pembukaan Jepang oleh bangsa Asing
maka timbullah berbagai macam dampak yang terjadi dan mempengaruhi kehidupan
rakyat Jepang. Beberapa dampak tersebut, yaitu:
1.
Meluapnya perasaan anti Shogun.
Shogun dianggap lemah dan dianggap menjual
tanah airnya sendiri kepada bangsa asing karena telah menandatangani perjanjian
dengan bangsa asing.
2.
Memperkuat gerakan pro-Tenno.
Komei Tenno yang menolak untuk
menandatangi perjanjian Shimoda dianggap sebagai orang yang kuat. Shogun harus menyerahkan
kekuasaan negara kepada Kaisar (Tenno).
3.
Pemberontokan Shatsuma dan Choshu
(1863).
Keluarga Satsuma dan Choshu adalah Emuarga yang paling anti shogun. Tindakan shogun itu (membuka Jepang) ianggapnya sebagai penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang angkatan laut Amerika Serikat di pelabuhan Shimonoseki. Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Belanda kemudian menyerang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan insyaflah mereka, bahwa asing tidak dapat tilak dengan senjata Jepang yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.
Setelah usaha keras dari kaisar
Koumei, akhirnya shogun menyerahkan kekuasaan kepada kaisar pada 8 November
1867 M. Tetapi, delapan bulan sebelum shogun terakhir meletakkan jabatan,
Kaisar Koumei meninggal dunia pada 3 Februari 1867 M. sebagai penggantinya
ialah Kaisar Mutsuhito, yang pada penyerahan kembali baru berumur 14 tahun.
Masa pemerintahannya dikenal dengan nama Kaisar Meiji (Meiji Tenno). Secara
resmi Mustsuhito memegang kepemerintahan sejak 25 Januari 1868 sampai 30 Juli
1912. Pemulihan kekuasaan ke tangan Kaisar Meiji inilah yang kemudian dikenal
dengan “Restorasi Meiji”.
Setelah
tahu bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuataan senjata, maka
Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana untuk menghindarkan diri dari penjajahan
bangsa barat. Mereka membuka tanahnya lebar-lebar sambil belajar giat cara-cara
barat untuk membangun negara.
SUMBER:
Agung
S, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur I. Yogyakarta: Ombak.
Handayani, Sri, dan Gema Budiarto. 2013. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun
1568-1945. Jember : Universitas Jember.
No comments:
Post a Comment