SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR... SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR... SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR...

Pembukaan Jepang Oleh Bangsa Asing (1854-1894)

 on Monday 2 May 2016  

 

A.   Pembukaan Jepang dan Runtuhnya Bakufu
Sementara Jepang tenggelam dalam tidurnya yang panjang dalam keterasingan, solusi bentuk negara modern dan persatuan nasional sedang berlangsung di bagian Barat dunia. Lebih dari itu, perkembangan kapitalisme mengakibatkan revolusi industri yang menyebabkan bangsa Barat melihat ke luar negeri untuk mencari pasaran bagi hasil industrinya dan untuk sumber-sumber bahan baku baru. Dengan cara ini tangan dunia Barat mulai merentang ke Jepang.
Bangsa pertama yang mengetuk pintu Jepang ialah Rusia. Pada tahun 1792 Rusia yang telah meluaskan wilayahnya hingga ke Siberia, mengirim seorang utusannya, Adam Laxmann, ke Nemuro di Hokkaido untuk memulangkan awak kapal Jepang yang kandas di Rusia, dan untuk mengajukan nota resmi yang memohon dibukanya hubungan perdagangan antara kedua negara itu. Bakufu memberitahu utusan ini tentang kebijaksanaan pengasingan Jepang, mengatakan bahwa pembicaraan lebih lanjut harus dilakukan di Nagasaki, dan memintanya supaya pulang kembali. Setelah itu Rusia mengirim utusan ke Nagasaki, tetapi utusan ini pun diusir oleh penguasa Jepang, yang menyebabkan Rusia kemudian menggunakan kekuatan militernya untuk menyerang wilayah bagian utara Jepang. Karena itu Bakufu meletakkan Hokkaido langsung dibawah pengawasannya dan memperkuat pertahanan disana. Sementara itu seorang tentara bayaran Bakufu bernama Kondo Juso menjelajahi daerah Kuriles, dan Mamiya Rinzo membuat survai atas Karafuto (Sakhalin) dan memastikan bahwa apa yang selama ini dianggap bagian dari benua sebenarnya merupakan pulau-pulau tersendiri.
Pada tahun 1846 Amerika (Commodore Biddle) mencoba membuka perdagangan dengan Jepang, tetapi gagal. Pada tanggal 8 juli 1853, Commodore Perry, komandan dari Squadron Hindia Timur dari Amerika Serikat masuk dengan 4 buah kapal perang di Teluk Edomembawa surat dari Millard Fillmore, Presiden Amerika.Dalam surat tersebut Fillmore menyatakan bahwa Amerika Serikat ingin membuka hubungan baik dengan Jepang dan meminta perlakuan lebih baik bagi awak kapal yang kapalnya karam atau terdampar, fasilitas untuk mengisi batu bara dan perbekalan di pelabuhan-pelabuhan Jepang, dan apabila memungkinkan, izin untuk berdagang.  Perry sendiri menambahkan sepucuk surat yang secara tidak langsung menyatakan bahwa jika permintaan tersebut ditolak, ia akan kembali untuk memperoleh jawaban pada musim semi berikutnya dengan membawa kekuatan yang jauh lebih besar.  Ancaman itu membuat bakufu berjanji untuk memberi jawaban atas permintaan Amerika Serikat pada tahun berikutnya.
Bakufu memohon pertimbangan dari istana dan para damiyo mengenai cara membalas surat itu. Terjadi perselisihan paham antara mereka yang mendukung dibukanya negara dan mereka yang menuntut supaya orang-orang “biadab” ini diusir.
Sebenarnya, yang menjadi alasan mengapa Amerika Serikat menginginkan Jepang membuka negaranya adalah peristiwa yang terjadi di Amerika Serikat sendiri.  Pada tahun 1848, Amerika Serikat merebut California dari Meksiko dan menjadikannya salah satu negara bagiannya.  California sendiri memiliki wilayah yang cukup luas dan beberapa wilayahnya terletak di pesisir barat benua Amerika.  Dengan pencaplokan California ini, Amerika Serikat memperoleh wilayah pantai yang luas di Pasifik.  Saat itu pula, Shanghai menjadi salah satu tempat terpenting dalam perdagangan Amerika Serikat maka sempat timbul wacana untuk membuka jalur pelayaran dari San Francisco di California ke Shanghai.  Karena wilayah Jepang terletak di antara jalur tersebut, terlebih lagi dengan adanya laporan-laporan Belanda yang menyatakan bahwa di pulau-pulau Jepang terdapat endapan batu bara, maka tak ada kata lain selain memaksa Jepang membuka negerinya.
Pada bulan Agustus 1853, Angkatan Laut Rusia yang dipimpin oleh Laksamana Putyatin berlabuh di Nagasaki dengan empat buah kapal.  Tujuan mereka kurang lebih sama dengan apa yang diinginkan oleh Amerika Serikat.  Mereka meminta Jepang membuka pelabuhan untuk tempat persinggahan dan perdagangan.  Namun, karena bakufu tidak memberikan jawaban maka Putyatin kembali ke Rusia.
Pada bulan Februari 1854, Perry datang kembali dengan membawa delapan buah kapal.  Dalam waktu sekitar setengah tahun semenjak kedatangan Perry yang pertama, para penentu kebijakan di Edo telah mengadakan musyawarah dengan para penguasa feodal Jepang.  Akan tetapi, dalam masyarakat terjadi perbedaan pendapat yang sukar dicari titik temunya.  Ada yang berpendapat bahwa tuntutan yang menghina tersebut mutlak harus ditolak, bahkan kalau perlu dengan perang sekalipun.  Menerima tuntutan tersebut berarti menodai kehormatan nasional dan menginjak-injak martabat bakufu.  Pendapat lain mengatakan bahwa mencoba mengulur, jika itu berarti berkompromi, boleh dilakukan mengingat Jepang lemah dalam bidang militer.  Waktu yang diperoleh bisa digunakan untuk menyiapkan diri guna menghadapi perang dengan mempelajari teknologi dan persenjataan Barat.
Menghadapi keadaan yang tidak menentu ini, Abe Masahiro, anggota dewan senior Tokugawa (rôjû), memutuskan untuk menerima sebagian besar usulan Perry jika upaya-upaya lain yang dilakukan tidak berhasil.  Abe menyadari bahwa diperlukan adanya kesepahaman umum dalam rangka mengeluarkan kebijakan untuk membuka negara dan melakukan kontak dengan bangsa asing.  Sebuah kebijakan yang sangat tidak populis, namun tidak dapat dihindari.  Ia lalu menyampaikan usulan Perry ke semua daimyô.  Ini merupakan langkah bersejarah yang belum pernah terjadi sebelumnya selama dua setengah abad bakufu Tokugawa berkuasa.  Peristiwa ini juga membuka pintu diskusi dan kritik terhadap seluruh kebijakan bakufu walaupun berdampak pula dengan turunnya prestise dan wewenang Tokugawa.
“Rayuan” Abe kepada para daimyô tidak menghasilkan konsensus nasional.  Sebagian besar daimyô menolak bangsa asing, namun membuat pernyataan ambigu.  Sekitar sepertiga wilayah feodal (han) yang paling berpengaruh menyadari bahwa Jepang harus membuat kesepakatan dagang dengan bangsa asing dan keuntungan yang didapat dipergunakan untuk memperkuat pertahanan.  Sebagian yang lain menentang perdagangan, tetapi mengusulkan untuk membuat cukup kesepakatan guna memberikan waktu untuk menyiapkan kekuatan militer.  Sisanya meminta Jepang tidak membuat kesepakatan apapun dan mengusir keluar bangsa Amerika.
Kondisi yang tidak jelas itu akhirnya memaksa Abe untuk menerima sebagian besar usul Perry.  Dalam perundingan di Yokohama, di bawah meriam kapal-kapal Amerika Serikat, Perry menunjukkan sikap tidak mau berkompromi.  Akhirnya, pada tanggal 31 Maret 1854, ditandatangani sebuah perjanjian.  Perjanjian tersebut dikenal sebagai Perjanjian Persahabatan Jepang-Amerika Serikat (Nichibei Washin Jôyaku). Sebab-sebab adanya perjanjian tersebut adalah:
1.      Pemerintahan Bakufu berpegang pada politik isolasi, karena takut bahwa dengan masuknya perdagangan-perdagangan asing itu akan ikut masuk juga imperialisme asing
2.      Pada tahun 1842, Tiongkok telah dibuka untuk bangsa asing oleh Inggris (Perang Candu, treaty ports) kemudian Tiongkok habis dibagi dalam daerah-daerah pengaruh antara Inggris, Perancis, Rusia. Setelah Tiongkok habis terbagi, tinggal Jepang saja yang belum disinggung-singgung
3.      Amerika Serikat membutuhkan tempat istirahat, ditengah jalan perjalanan antara pantai barat Amerika (pada waktu itu mulai berkembang karena ekspansi Amerika ke Barat) dan Tiongkok. Dan kebetulan Jepang itu tidak hanya merupakan tempat peristirahatan yang baik saja, tetapi juga mengandung kemungkinan-kemungkinan perdagangan (teh, sutera) yang sangat menguntungkan.
4.      Kepulauan Jepang merupakan batu loncatan ke Tiongkok yang baik
Dengan diadakannya perjanjian ini, selepasnya muncul perjanjian-perjanjian yang serupa, dengan Inggris, Rusia dan Belanda. Dengan demikian, terbukalah pintu Jepang lebar-lebar untuk bangsa asing. Jepang sekali lagi dibuka setelah pengasingan yang berlangsung sepanjang dua abad, dan berakhirlah politik isolasinya.Sedangkan isi dari perjanjian Perjanjian Persahabatan Jepang-Amerika Serikat, yaitu:
1.      Akan terciptanya suatu perdamaian yang nyata, permanen, dan menyeluruh, serta persahabatan yang tulus dan sesungguhnya antara Amerika Serikat dan Kekaisaran Jepang.
2.      Pelabuhan Shimoda dan Hokadate dijamin oleh Jepang sebagai pelabuhan yang dapat dimasuki kapal-kapal Amerika.
3.      Apabila kapal Amerika Serikat terdampar atau mendapat kecelakaan di pantai Jepang, kapal Jepang harus menolong mereka dan membawa awaknya ke Shimoda dan Hokadate.
4.      Konsul Jenderal dibuka di Shimoda
Dalam perjanjian ini disepakati untuk membuka dua pelabuhan yang oleh Jepang dianggap kurang penting dan terisolasi, yaitu Shimoda, yang terletak di ujung Semenanjung Izu yang bergunung-gunung, dan Hokodate, yang berada di Hokkaido.  Mereka juga menyepakati untuk menempatkan konsulat Amerika Serikat di Shimoda dan berjanji untuk memperlakukan para awak kapal yang kapalnya karam dengan baik.  Tidak ada pasal yang menyangkut hak berdagang dalam perjanjian ini.  Perjanjian serupa kemudian juga ditandatangani oleh Jepang dengan Inggris, Rusia, dan Belanda.
Sesuai dengan Perjanjian Persahabatan Jepang-Amerika Serikat, Amerika Serikat segera menempatkan konsulat jenderalnya di Jepang.  Townsend Harris, seorang mantan pengusaha yang ditunjuk sebagai konsul jenderal tersebut, tiba di Shimoda pada bulan September 1856.  Harris memegang peranan yang sangat penting dalam membujuk dan menekan bakufu agar segera membuka hubungan perdagangan dengan Amerika Serikat.  Di tengah krisis itu, untuk pertama kalinya, shôgun meminta pertimbangan kaisar agar dapat memecahkan masalah tersebut.  Namun, Ii Naosuke, Abe Masahiro, dan Tokugawa Yoshinobu (Keiki), yang merupakan para pembela bakufu, mendesak bakufu agar menandatangani perjanjian dengan Amerika Serikat dalam rangka pembukaan hubungan perdagangan itu.  Ii Naosuke, yang ditunjuk sebagai penasihat senior (tairô), pun menandatangani perjanjian yang dikenal sebagai Perjanjian Perdagangan Jepang-AS (Nichibei Shûkô Tsûshô Jôyaku). Isi perjanjiannya meliputi:
1.        Pajak atau cukai akan dibayar kepada pemerintah Jepang dari barang-barang buatan Jepang yang  di ekspor sebagai muatan sesuai dengan tarif yangdisepakati bersama.
2.        Jika tawaran diterima oleh pemilik, maka harga penjualan akan dibayarkan kepada pemerintah Jepang segera dan tidak mengalami pemotongan apapun.
3.        Barang-barang untuk kebutuhan kapal Amerika dapat dibongkar dan ditumpukdidalam gudang dan tidak wajib membayar cukai.
4.        Akan tetapi jika barang tersebut dijual di Jepang, maka penjual harus membayarpajak cukai kepada penguasa-penguasa Jepang.
5.        Pemasukan candu dilarang. Kapal Amerika yang hendak berdagang candu lebih dari 3 kali beratnya, maka kelebihan tersebut akan dikuasai dan dimusnahkan oleh pejabat-pejabat Jepang.
Selain itu, perjanjian ini juga berisi:
1.      Orang Amerika yang berbuat kesalahan kepada orang Jepang harus diadili di pengedilan konsulat Amerika, dan jika bersalah harus dihukum dengan undang-undang Amerika.
2.      Orang Jepang yang memiliki kesalahan kepada Amerika diadili oleh pejabatJepang, dan dihukum oleh undang-undang Jepang.
3.      Pengadilan Amerika akan terbuka bagi orang-orang Jepang yang mempuyai hutang dan memungkinkan untuk memperoleh ganti rugi terhadap tuntutan-tuntutan mereka yang adil.
4.      Pengadilan Jepang akan terbuka bagi orang Amerika yang menginginkan ganti rugi yang adil terhadap orang-orang Jepang.
5.      Pemerintah Amerika dan Jepang tidak dapat dipertanggungjawabkan untuk pembayaranyang dilakukan oleh warganya masing-masing.
Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani pada tanggal 29 Juli 1858 ini, Jepang harus membuka empat pelabuhan lain diluar Hakodate untuk perdagangan bebas, yakni Kanagawa, Nagasaki, Niigata, dan Hyogo. 
Selain itu, ditetapkan pula dua buah poin yang bagaimanapun juga tidak dapat disebut sebagai perjanjian yang seimbang.  Hal itu disebabkan oleh karena perjanjian ini menghalangi Jepang dari pemberlakuan bea masuk untuk barang-barang impor secara bebas dan mengizinkan hak ekstrateritorial, di mana orang-orang asing yang terbukti melakukan tindak kriminal di Jepang tidak dapat diadili sesuai dengan peraturan Jepang, tetapi dihukum sesuai dengan dengan peraturan yang berlaku di negara tempat mereka berasal.
Li Naosuke mengambil tindakan represif yang keras melawan oposisi dan bnyak orang yang setia kepada kaisar dibunuh oleh Li Naosuke. Kebencian terhadap Ii Naosuke sendiri memuncak dan pada akhirya dia dibunuh oleh samurai tak bertuan dari clan Satsuma dan Mito. Pada saat yang sama pembukaan hubungan dagang dengan negara asing sangat mengacaukan perekonomian Jepang. Pembelian barang-barang ekspor dalam jumlah besar menyebababkan tidak keseimbangan dalam permintaan dan persediaan yang mengakibatkan kenaikan harga. Lebih dari itu, nilai emas dan perak sangat berbeda jika dibandingkan dengan nilai di negara lain, pedagang asing membawa perak untuk membeli mata uang emas Jepang, sehingga emas mengalir keluar Jepang dalam Jumlah besar. Karenanya bakufu mengedarkan mata uang emas dengan mutu lebih rendah yang menyebabkan harga semakin melonjak.
Setelaah wafatnya Li Naosuke bakufu berusaha mengendalikan krisis melalui kerja sama dengan istana, tetapi kekuasaannya beransur-ansur menurun. Sementara itu perasaan anti orang asing menjadi lebih runcing. Klan Choshou menembak kapal asing yang melalui selat Shimonsheki dan sebagai pembalasan, tempat pertahanannya sendiri diduduki, sementara Clan Satsuma diserang  pasukan Inggris di Kagoshima. Clan yang kuat ini cepat menyadari bahwa “mengusir orang biadab” sebenarnya mustahil, tetapi terus bersihkeras dalam usaha pengusiran sebagai cara untuk mempersulit kedudukan bakufu.
Klan Chosu pada mulanya menyerukan kesetiaan pada kaisar dan pengusiran orang-orang asing, sementara Klan Satsuma menyerukan kerja sama antara istana dan bakufu. Tidak lama kemudian fraksinya meyerukan dijatuhkannya bakufu berkuasa dikedua clan tersebut, dan pada tahun 1866 kedua clan menandatangi perjanjian aliansi rahasia. Di istana, Iwakura Tamomi dan bangsawan berpangkat rendah lainnya, berusaha mengeluarkan perintah rahasia dari kaisar untuk menjatuhkan bakufu ketangan clan Satsuma dan Chosu. Tetapi pada hari itu Shogun ke 15, Yoshinobu atas kehendaknya sendiri mengusulkan pengembalian tampuh pemerintahan kepada istana. Ia melakukan ini sebagai hasil peringatan yang disampaikan oleh penguasa clan tosa kepada bakufu yang menyatakan bahwa satu-satunya jalan untuk menghindari campur tangan asing dan untuk memelihara kemerdekaan Jepang, ialah dengan mengembalikan pemerintahan langsung oleh kaisar secara damai. Istana menerima petisi Yosinogu dan mengeluarkan pemerintah yang menyatakan pemulihan pemerintahan kasiar di tangan kaisar Meiji ( tahun 1868).
Perjanjian dengan Amerika Serikat tersebut bukan merupakan satu-satunya perjanjian dagang yang ditandatangani oleh Jepang dengan Barat.  Setelah perjanjian dengan Amerika Serikat itu ditandatangani, Duta Besar Khusus Inggris yang bernama Lord Elgin mempelajari perjanjian Harris, kemudian mencontohnya, dan menggunakannya sebagai perjanjian bagi Inggris dengan menambahkan pasal yang menyangkut perlakuan yang sama bagi semua negara yang berdagang dengan Jepang.  Elgin menyelesaikan perundingan tersebut dalam waktu dua hari dan pada tanggal 26 Agustus 1858, perjanjian tersebut ditandatangani.  Tidak lama kemudian, perjanjian serupa juga ditandatangani dengan Perancis, Rusia, dan Belanda.  Dengan begitu, masa isolasi negara yang telah berlangsung selama lebih dari dua abad berakhir.  Meskipun demikian, hal tersebut menyebabkan Jepang terperangkap dalam kekacauan internasional.Kekacauan itu tak lain disebabkan oleh menonjolnya dominasi negara-negara Barat tersebut terhadap Jepang. 
 Hal ini muncul akibat negara-negara tersebut menganggap bangsanya jauh lebih unggul dan jauh lebih beradab daripada bangsa-bangsa di Timur, tak terkecuali Jepang, maka mereka tidak ingin disetarakan dengan bangsa-bangsa yang masih “terbelakang” itu.  Dominannya negara-negara Barat terlihat dengan adanya ketidakadilan dalam perjanjian tersebut.  Negara-negara Barat tidak memberikan kebebasan untuk menentukan bea masuk barang-barang impor.  Sementara, negara-negara tersebut bisa dengan mudah menikmati hak ekstrateritorial.
B.     Dampak Pembukaan Jepang oleh Bangsa Asing
Dengan terjadinya pembukaan Jepang oleh bangsa Asing maka timbullah berbagai macam dampak yang terjadi dan mempengaruhi kehidupan rakyat Jepang. Beberapa dampak tersebut, yaitu:
1.      Meluapnya perasaan anti Shogun.
Shogun dianggap lemah dan dianggap menjual tanah airnya sendiri kepada bangsa asing karena telah menandatangani perjanjian dengan bangsa asing.
2.      Memperkuat gerakan pro-Tenno.
Komei Tenno yang menolak untuk menandatangi perjanjian Shimoda dianggap sebagai orang yang kuat. Shogun harus menyerahkan kekuasaan negara kepada Kaisar (Tenno).
3.      Pemberontokan Shatsuma dan Choshu (1863).

Keluarga Satsuma dan Choshu adalah Emuarga yang paling anti shogun. Tindakan shogun itu (membuka Jepang) ianggapnya sebagai penghinaan. Karena itu mereka membunuh bangsa-bangsa asing dan menyerang angkatan laut Amerika Serikat  di pelabuhan Shimonoseki. Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Belanda kemudian menyerang dan menduduki Shimonoseki. Satsuma dan Choshu menyerah dan insyaflah mereka, bahwa asing tidak dapat tilak dengan senjata Jepang yang masih jauh terbelakang terhadap barat itu.

4.      Restorasi Meiji (pengembalian kekuasaan Tenno kepada Meiji Tenno).
Setelah usaha keras dari kaisar Koumei, akhirnya shogun menyerahkan kekuasaan kepada kaisar pada 8 November 1867 M. Tetapi, delapan bulan sebelum shogun terakhir meletakkan jabatan, Kaisar Koumei meninggal dunia pada 3 Februari 1867 M. sebagai penggantinya ialah Kaisar Mutsuhito, yang pada penyerahan kembali baru berumur 14 tahun. Masa pemerintahannya dikenal dengan nama Kaisar Meiji (Meiji Tenno). Secara resmi Mustsuhito memegang kepemerintahan sejak 25 Januari 1868 sampai 30 Juli 1912. Pemulihan kekuasaan ke tangan Kaisar Meiji inilah yang kemudian dikenal dengan “Restorasi Meiji”.
Setelah tahu bahwa bangsa barat tidak mungkin ditolak dengan kekuataan senjata, maka Jepang memilih jalan yang sangat bijaksana untuk menghindarkan diri dari penjajahan bangsa barat. Mereka membuka tanahnya lebar-lebar sambil belajar giat cara-cara barat untuk membangun negara.

SUMBER:
Agung S, Leo. 2012. Sejarah Asia Timur I. Yogyakarta: Ombak.
Handayani, Sri, dan Gema Budiarto. 2013. Dinamika Kepemimpinan Jepang Tahun 1568-1945. Jember : Universitas Jember.
 


Pembukaan Jepang Oleh Bangsa Asing (1854-1894) 4.5 5 Unknown Monday 2 May 2016 Pembukaan Jepang. Zaman Bakufu. Era Shogun Tokugawa. Pembukaan jepang oleh bangsa asing.   A.   Pembukaan Jepang dan Runtuhnya Bakufu Sementara Jepang tenggelam dalam tidurnya yang panjang dalam keterasingan, solusi bent...


No comments:

Post a Comment


J-Theme