SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR... SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR... SEMOGA DAPAT MEMBANTU ANDA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR...

Dinasti Han

 on Tuesday 16 September 2014  

A.      Berdirinya Dinasti Han
Pada tahun 206 SM, Liu Bang berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat dirinya sebagai kiasar baru dengan gelar Han Gaudi (206-195 SM). Dinastinya dinamakan Han, seturut nama kerajaan yang dulu diberikan Xiang Yu padanya. Meskipun demikian buku-buku sejarah tetap mencantumkan bahwa dinasti Han didirikan pada tahun 206 SM, yakni saat Liu Bang diangkat sebagai raja muda Han oleh Xiang Yu. Tugas –pertama yang harus diemban Liu Bang adalah memulihkan persatuan Negara yakni mengembalikan provinsi dan kerajaan yang memberontak kedalam naungan pemerintah pusat.
Untuk memperkokoh persatuan ini ia mengganti para gubernur dan penguasa setempat dengan saudara atau putra-putranya sendiri. Para ahli membagi periodisasi dinasti Han menjadi dua yakni, Han barat yang beribukota di Changan dan Han timur beribukota  di Luoyang. Dinasti Han ini sempat terputus sejenak oleh kudeta atau perebutan kekuasaan oleh seorang menteri bernama Wang Mang dimana ia mendirikan Xin (9-25) yang tidak berumur panjang namun, kaisar Han Guangwu (25-57) yang juga terkenal dengan sebutan Guangwudi berhasil membangkitkan kembali dinasti Han. Inilah sebabnya mengapa kurun waktu pemerintahaan dinasti Han dibagi menjadi 2 periode yakni masa sebelum pemberontakan Wang Mang yang disebut Han barat dan sesudahnya disebut Han timur.
Lima tahun perang saudara telah menimbulkan kehancuran dan kelancaran yang luar biasa.Ini tampak nyata dalam kegagalan menemuka empat kuda yang sewarna diperlukan untuk menarik kereta Gaudi saat upacara penobatannya. Demi mengatasi kekurangan di segala bidang ini, yang memberlakuakan penghematan ketat dalam bidang ekonomi, hidup sederhana dan menghindari pembangunan skala besar,serta petualangan-petualangan militer beresiko ke luar negeri. Bahkan ia gagal mempertahankan diri terhadap bangsa Xionglu musuh bebuyutan china di utara. Untuk mengantisipasi serangan bangsa bar-bar itu Gaudu m enempuh jalan damai melalui pernikahan seorang putri Han dengan raja mereka.

B.       Perkembangan Dinasti Han Barat setelah Liu Bang


Wilayah Dinasti Han pada tahun 87 SM (coklat) dengan pos militer (titik merah) dan protektorat (titik hijau)

            Gaodi terbunuh pada tahun 195 SM oleh tembakan anak panah musuhnya. Selama enam belas tahun berikutnya, pemerintahan dikendalikan oleh janda Liu Bang yang berna,ma Ratu Lu Hou. Ia membunuh empat putra Gaodi yang lainnya beserta ibu mereka masing-masing. Tindak-tanduk sang ratu menimbulkan ketakutan dalam diri Huidi (195-188 SM) merupakan putra pengganti Gaodi hingga larut dalam pengaruhnya. Ketika Huidi meninggal digantikan kaisar boneka yang masih bayi (putra selir-selir Huidi) Shaodi Kong dan Shaodi Hong.
            Para putra Gaodi yang masih hidup itu lalu memilih Liu Heng sebagai kaisar baru dengan gelar Wendi (180-157 SM). Ia menjadikan Konfusianisme sebagai falsafah pemerintahannya.Ia dikatakan hidup dalam kesederhanaan dan memercayakan urusan Negara pada memteri-menterinya yang menganut konfusianisme. Perdangan berkembang pesat dan lumbung-lumbung kerajaan dipenuhi oleh bahan pangan yang dicadangkan bila terjadi bencana kelaparan. Pajak bagi para pedagang dan produsen dikurangi, seperti pada tahun 168 SM, tatkala ia mengurangi pajak produksi hingga separonya sebelum menghapuskannya sama sekali, tetapi memberlakukannya kembali dalam jumlah yang sangat rendah pada masa akhir pemerintahannya.
            Hal penting lain yang dilakukan adalah system penerimaaan pegawai negeri sipil berdasarkan ujian Negara, yang menguji mereka tentang ajaran konfusius pada tahun 165 SM. Sistem ujian ini bertahan hampir 2000 tahun dan baru dihapuskan dengan berakhirnya sistem  kerajaan di China tahun 1912.
            Kaisar Han berikutnya adalah Han Wudi (141-87 SM) yang merupakan salah seorang penguasa Dinasti Han yang memerintah terlama.Ia menduduki tahta selama lebih dari 50 tahun. Semenjak umur empat tahun , ia telah menjadi raja Jiaodong, diangkat sebagai putra mahkota pada usia Sembilan tahun, dan naik tahta pada usia 17 tahun. Terdapat banyak ironi dalam kehidupannya, sebagai contoh ia bukanlah seorang ahli militer serta tidak pernah terlibat secara langsung dalam pertempuran, namun luas kerajaannya bertambah dua kali lipat. Wudi merupakan seorang raja yang tergila-gila untuk memperolehobat panjang usia.
            Dua hari menjaelang wafatnya Wudi dapat menunjuk putranya Liu fuli g sebagai putra mahkota. Liu Fuling naik tahta dengan gelar Zhaodi (87-74) kemudian digantikan  Liu He namun tidak dimasukkan daftar resmi kaisar dinasti Han kemudian digantukan Liu Bingyi. Zhaodi, Xuandi, dan Yuandi adalah tiga kaisar Dinasti Han yang menerapkan politik reformasi dengan tujuan untuk memperingan penderitaan serta beban hidup rakyat. Pengganti Yuandi bergelar Chengdi (33-7 SM) merupakan seorang pemuda lemah yang belum layak memegang tampuk pemerintahan kaisar. Kaisar Han berikutnya adalah bergelar Aidi namun ia seorang homoseksual. Ia jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Dong Xian hingga rela menyerahkan tahta kepadanya. Ketika Aidi wafat kekuasaan jatuh ketangan ibusuri dan berpindah kepada keponakannya Wang Mang stelah mengangkat kaisar boneka dengan gelar Pingdi (1 SM-6M)yang wafat enam tahun kemudian. Begitu kaisar ini mangkat Wang Mang mengangkat seorang pengganti yang berusia dua tahun namu Dua tahun kemudia Wang Mang mengambil alih kekuasaan.

C.  Kebangkitan dan Berkembangnya Dinasti Han Timur
Di tahun 25, Liu Xiu, sebagai keturunan dari Han Barat, mengalahkan Wang Mang dan mendirikan kembali dinasti Han dan dipindahkan ke bagian timur dengan Luo Yang sebagai pusat pemerintahan.
Dinasti Han banyak mengadopsi struktur pemerintahan dan administrasi dari Dinasti Qin, namun juga memodifikasi dengan adanya desentralisasi kekuasaan. Dinasti Han memberdayakan vasal-vasal yang tersebar, untuk kenyamanan  politik. Han juga memperbaiki beragam peraturan keras dari dinasti sebelumnya. Konfusianisme menjadi ideologi resmi, tanpa menafikan Qin, kini seolah menjadi agama resmi Dinasti Han.
Jika dibanding dengan Han Barat, bagian Timur ini dianggap lebih otoriter. Kekaisaran Guang Wu mereformasi kebijakan- kebijakan yang telah dibuat oleh Wang Mang sebelumnya. Ia ‘menggoncangkan’ birokrasi dan membuat 6 kementerian untuk mengendalikan hubungan serta memperlemah kekuatan dari Sangong (Taiwei, Situ dan Sikong). Di samping itu, Kekaisaran Guang Wu, Ming dan Zhang begitu pandai dalam mengurus negara dan membangun hubungan dengan rakyatnya, maka dari itu, kesejahteraan lebih meingkat daripada masa Han Barat. Dan periode ini disebut Guang Wu Zhong Xing.
Kesejahteraan Han Timur dirasakan saat pertengahan seratus tahun pertama. Setelah periode Guang Wu, Ming dan Zhang, Dinasti Han mendapat kembali kesejahteraannya. Secara keseluruhan, pertumbuhan dalam sektor ekonomi, keilmuan dan kebudayaan dapat melebihi apa yang pernah didapat oleh Dinasti Han Barat.
Selain itu, hubungan luar negeri Han Timur pun lebih sukses dibanding Han Barat. Ban Chao. Seorang diplomat dari Han Timur, yang pernah lama tinggal di daerah barat,  mampu mengambil alih setidaknya 50 wilayah menjadi kekuasan Han Timur dari Han Barat. Dan untuk menjaga keamanan dan perdamaian, Han Timur menjalin persahabatan dengan Hun Selatan, dan etnis Qiang pun Jepang dan Korea. Misalnya saja, pada tahun 57, Jepang mengirimkan duta ke Cina, dan pada jaman Guang Wu, mempersembahkan ukiran emas yang bertulis “King Wonu of Han”. Dan ini menjadi saksi betapa antara Cina dan Jepang sungguhnya punya hubungan yang baik

D.      Penjelajahan dan Hubungan Luar Negeri semasa Dinasti Han
a)    Perjalanan Zhang Qian
              Perjalanan ini berawal ketika Kaisar Wudi pada tahun 138 SM menerima suatu informasi yang luar biasa, bahwa suku Yuezhi sangat mendendam terhadap sukuXiongnu yang seing mengancam perbatasan China. Tidak berapa lama berselang, suku Xiongnu berhasil mengalahkan Yuezhi dan membunuh rajanya dengan kejam.Mereka bahkan mengusir suku Yuezhi itu jauh ke arah barat.Setelah pengusiran itu, bangsa Yuezhi berhasil mendirikan Negara yan kuat di Bokhara, dekat hulu Sungai Oxus.Kaisar Wudi mendapatkan gagasan untuk membina perserikatan dengan suku Yuezhi dalam menghadapi ancama suku Xiongnu.
Zhang Qian lalu diutus sebagai duta besar terhadap bangsa Yuezhiia berangkat dengan membawa serta 100 orang dengan dipandu olehseorang anggota suku Xiongnu yang bekerja pada Dinasti Han bernama Kanfu. Namun malang rombongan Zhang Qian tertangkap oleh suku Xiongnu yang merasa curiga oleh tuuan perjalanan itu. Zhang Qian lantas ditahan selama sepuluh tahun, dan agar melupakan misinya itu, seorang wanita Xiongnu dinikahkan dengannya. Dengan kata lain, misi Zhang Qian untuk membia perserikatan dengan bangsa Yuezhi telah gagal. Dalam perjalanan pulang tertangkap oleh bangsa Xiongnu dan beruntung hanya ditahan selama setahun, karena dan kekuasaan.
b)   Hubungan dengan Kepulauan Nusantara
Berita China yang berasal dari tahun 132 menyebutkan adanya seorang raja Yediao yang bernama Bian.Ia dikatakan telah meminjamkan materai emas dan pita ungu kerajaannya kepada seorang maharaja bernama Diaobian. Menurut sarjana Perancis yang bernama G. Ferrand, yediao merupakan transliterasi dari yawadwipa, atau nama pulau Jawa pada masa lampau. Sementara itu, Diaobian merupakan lafal tionghoa dari Dewawarman. Hanya saja hingga saat ini, masih belum didapatkan bukti lain tokoh yang bernama deawawarman ini. Namun bila benar bahwa yang dimaksud dengan Yediao ini adalah pulau Jawa, itu berarti bahwa hubungan antar negeri kita dengan china telah berlangsung semenjak Dinasti Han.
c)    Hubungan dengan Dunia Barat
Dinasti Han telah memiliki hubungandengan kekaisaran Romawi (Da Qin), dimana hal ini terbukti dengan kedatangan sekelompokpedagang pada 166 yang mengaku sebagai utusan Kaisar Antun (Marcus Aurelius Antonius, memerintah 161-180).Mereka kemudian dating mengunjungi istana kaisar dengan mempersembahkan daging, cula badak, dan tempurung kura-kura kepada kaisar.Duvyendak, salah seorang ahli sejarah menduga bahwa mereka bukanlah utusan yang sebenarnya, dan hanya mengatakan demikian agar lebih dihormati saja.
E.       Perkembangan di Berbagai Bidang pada masa Dinasti Han
a)      Bidang Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
Ditemukan kertas pada tahun 105 M oleh seorang raja yang bernama Cai Lun saat pemerintahaan Kaisar Han Hedi (88-106).Kertas semasa Cai Lun dibuat dari kulit pohon, serat nanas (hemp), dan linen. Dengan penemuan tersebut, kertas dapat diproduksi secara massal da semenjak saat itu penggunaannya semakin meluas. Pada abad ke- 3 M, kertas telah dikenal oleh masyarakat luas dan menggantikan lempengan bamboo atau kayu serta penemuan peting lainnya dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng (78-139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa dan asalnya.
b)        Bidang Seni
Seni arsitektur semasa Dinasti Han dapat dilihat pada penemuan replica rumah pada makam-makam yang berasal dari zaman tersebut. Seperti model rumah, model pavilion tengah air, model menara jaga, lukisan, lukisan pahatan batu pada altar keluarga Wu dari zaman Din Han Timur, lukisan pada makam
c)         Bidang Keagamaan dan Filsafat semasa Dinasti Han
·           Masuknya buddhisme ke China
Dekat dengan pemikiran cina. Sedangkan budhisme di cina adalah bentuk budhisme yang terkait dengan tradisi India dan tidak memegang peranan dalam filsafat cina. Budhisme cina diwakili oleh aliran jalan tengah (SanLong Zong). Aliran jalan tengah ini mirip dengan Daois dan gabungan keduanya melahirkan aliran Chan(di jepang dikenal dengan Zen atau Dhyana).
Istilah china chan berasal dari bahasa sansekerta yang artinya mengidentikkan budi luhur setiap individu dengan budi semesta(alam) dengan cara meditasi. Chanisme adalah filsafat berdiam diri dengan menekankan tramisi khusus diluar ajaran kitab suci serta mengosongkan tubuh. Kata mengosongkan tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata dan diamati oleh indera. Untuk mengerti budi semesta guru Chan mengajarkan wu nian(tiada pemikiran), wangjing (melupakan perasaan), renXin(membiarkan budi menempuh jlan sendiri). Dengan kata lain, budhisme dari cina sama dengan Daois lalu diubah menjadi budhisme china.
Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni Mopeng) dan Kasyappa Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi (57 – 75) melalui utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu dengan mereka di daerah suku Da Yue. Pada tahun 68 M, mereka tiba di Luo Yang dan tinggal di vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih) serta menterjemahkan Sutra Empat Puluh Dua Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin.

·           Berdirinya Daoisme sebagai lembaga keagamaan
Daoisme baru menjelma menjadi suatu agama yang terorganisasi pada masa Zhang Daoling yang hidup semasa Dinasti Han Timur. Meskipun demikian proses transformasi ini tidak akan terjadi begitu saja tanpa faktor-faktor pendukungnya. Berikut ini kita akan mempelajari hal-hal apa saja yang menjadi pendorong bagi proses tersebut.
Pada masa akhir Dinasti Zhou yang terpecah menjadi beberapa negara, banyak orang yang terpelajar yang berkeliling untuk menjajakan kemampuan mereka sebagai ahli ketata-negaraan maupun penasehat politik. Mereka berkeliling untuk mencari raja atau penguasa yang bersedia memanfaatkan jasa mereka. Profesi mereka pada masa sekarang dapat disamakan dengan para konsultan dari berbagai bidang. Dengan penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin, praktis jasa mereka tidak diperlukan lagi. Dinasti Han yang merupakan kelanjutan dari Dinasti Qin juga memerintah seluruh Tiongkok. Sama dengan Dinasti Qin, mereka menerapkan sistim pemerintahan yang terpusat serta membatasi kekuasaan para bangsawan. Dengan demikian persatuan negara menjadi kuat. Sistim pemerintahan terpusat tersebut menjadikan kaum terpelajar yang sebelumnya berkeliling menjajakan jasa mereka tidak diperlukan lagi keberadaannya.
Sebelumnya banyak dari mereka yang juga menguasai kemampuan gaib, seperti meramal nasib, penyembuhan, dan memperpanjang usia. Karena pengetahuan mereka dalam bidang ketata-negaraan serta politik tidak diperlukan lagi, dilakukanlah alih profesi dengan memanfaatkan kemampuan lain tersebut. Pada masa Dinasti Qin dan Han awal, mereka membentuk suatu kelompok masyarakat tersendiri yang disebut dengan fangshi. Kata ini sendiri berarti "ahli ilmu gaib" (masters of formulae). Secara umum mereka terbagi menjadi dua, yakni yang mengkhususkan diri pada ilmu gaib, peramalan serta penyembuhan dan mereka yang mengkhususkan diri pada ilmu pemanjang usia serta rahasia hidup abadi. Masing-masing golongan ini hadir guna memenuhi harapan kedua kelompok masyarakat yang berbeda. Kaum kaya lebih menginginkan umur panjang serta hidup abadi, sedangkan kaum miskin tidak memerlukannya. Kehidupan mereka diliputi kesengsaraan, sehingga memperpanjang hidup bagi mereka sama saja dengan memperpanjang penderitaan. Sebaliknya kaum miskin yang antara lain terdiri dari petani, lebih menghendaki jaminan panen yang baik dan kesehatan diri beserta anggota keluarganya, sehingga dapat bekerja di ladang dengan lancar. Para fangshi memenuhi segenap dambaan mereka dengan menuliskan jimat yang berisikan simbol-simbol tertentu serta kata-kata yang dipercaya mengandung kekuatan gaib. Tujuannya adalah untuk mengundang roh-roh suci agar memberikan kesembuhan dari penyakit, perlindungan, serta mengabulkan setiap harapan. Jadi kaum fangshi ini kemudian menjadi semacam kelas pendeta di tengah-tengah masyarakat pada zaman itu, dimana kelas kependetaan semacam ini sebelumnya belum dikenal dalam Daoisme.
Faktor pendorong lain, adalah ajaran seorang ahli filsafat bernama Mozi (± 480 – 390 SM). Beliaulah yang mengawali tradisi suatu agama terorganisasi dengan mendirikan altar-altar guna memuja roh-roh halus lokal. Para pengikut Mozi yang disebut kaum Mohis, mengajak rakyat untuk memuja altar-altar itu. Meskipun Ajaran Mozi (Mohisme) kehilangan pengaruhnya pada masa Dinasti Han, tetapi tetap saja rakyat masih melakukan pemujaan semacam itu, yang kemudian diambil alih oleh Daoisme.
Faktor ketiga yang mendorong perubahan Daoisme menjadi suatu agama, adalah melemahnya upacara ritual kerajaan yang dilakukan oleh para shaman. Sebagaimana yang telah kita bahas di atas, para raja Dinasti Zhou memanfaatkan jasa para shaman untuk melakukan upacara keagamaan bagi mereka. Lambat laun makna dari upacara keagamaan tersebut menjadi tidak dikenal lagi, sehingga upacara tersebut merosot menjadi semacam rutinitas belaka. Karenanya upacara semacam itu tidak dapat lagi memuaskan kebutuhanan spiritual pada masa itu. Akhir upacara-upacara kuno yang diorganisasi kerajaan terjadi semasa Dinasti Han, di mana kaisar memutuskan untuk menganut Daoisme, dengan mendirikan altar pada tahun 150 M guna menghormati Lao Zi. Posisi para shaman penyelenggaran upacara ritual kerajaan digantikan oleh para fangshi.
Demikianlah tiga prasyarat untuk menjadikan Dao suatu agama tersedia sudah: kelas kaum pendeta, sistim pemujaan, dan dukungan kerajaan. Pada masa inilah Zhang Daoling tampil ke panggung sejarah. Semasa mudanya, Zhang Daoling mempelajari kitab-kitab klasik Konfusianisme, namun kemudian beralih pada ajaran-ajaran Lao Zi serta ilmu memperpanjang umur. Ia lalu pindah ke wilayah Shu (Yunnan sekarang), yang pada masa itu merupakan daerah terpencil serta bergunung-gunung. Daerah tersebut didiami oleh suku-suku yang mempraktekkan kepercayaan shamanistik kuno. Bagi orang yang tinggal di desa-desa terpencil semacam itu, roh-roh adalah sesuatu yang nyata dan ilmu gaib adalah pusat kehidupan mereka. Zhang Daoling menyatakan bahwa ia menerima ajaran langsung dari Lao Zi, yang juga memberikannya kekuatan guna menyembuhkan penyakit serta menaklukkan roh-roh jahat. Karena keampuhan air yang telah dibubuhi abu hasil pembakaran jimatnya, Zhang berhasil menarik banyak pengikut. Jimat tersebut adalah sehelai kertas kuning yang ditulisi simbol-simbol tertentu dengan warna merah. Kebanyakan simbol-simbol tersebut merupakan sarana untuk memanggil roh-roh atau makhluk suci. Zhang menciptakan suatu agama yang berpusat pada dirinya sendiri, ia memberikan gelar Lao Zi sebagai Taishang Laoqun (Penguasa Agung nan Tinggi). Zhang Daoling dan keturunannya kemudian menjadi pemimpin gerakan keagamaan itu. Gerakan keagamaan ini disebut dengan wudoumidao atau "Jalan Lima Gantang Beras," karena orang yang ingin bergabung diharuskan membayar sumbangan sejumlah lima gantang beras. Pujaan utama aliran keagaman ini adalah Lao Zi yang dipandang sebagai pendiri Daoisme (kendati Zhang Daoling yang mentransformasikan Daoisme menjadi suatu agama). Zhang Daoling dan keturunannya menyebut diri mereka sebagai "Guru-guru Langit" (Tianshi) dan menjadi perantara antara para dewa dan umat awam. Namun, hal terpenting di atas semua itu adalah agama baru ini dapat memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Zhang Daoling dan pengikutnya menciptakan suatu sistim keagamaan lengkap dengan kaum pendeta, kitab suci, upacara ritual, dan ilmu gaibnya. Mereka memerintah bagaikan paus atas sistim keagamaan baru tersebut.
Karya Daois yang ditulis pada zaman ini adalah Taipingjing (Kitab Perdamaian dan Keseimbangan), yang membahas berbagai hal, seperti penciptaan dunia, pentingnya upacara ritual, aturan moralitas, pahala-pahala, hukuman, serta ilmu menambah kesehatan dan umur panjang. Kitab penting lainnya adalah Huainanzi yang ditulis pada pertengahan abad ke-2 SM oleh seorang pangeran wilayah Huainan (inilah yang menyebabkan mengapa ia juga disebut Huainanzi) yang bernama Liu An – cucu Liu Bang. Isinya mengisahkan legenda para dewa gunung yang memiliki kepala manusia dan tubuh naga. Selain itu disebutkan mengenai Gunung Kunlun tempat seseorang dapat mencapai keabadian. Para kaisar lalu berusaha menghubungkan dirinya dengan dewa-dewa melalui upacara rumit yang dipimpin oleh pendeta Daois. Pada zaman ini tidak hanya kaisar saja yang memiliki harapan untuk meminta bantuan kekuatan kosmis dan meramalkan masa depan, karena hal ini juga dipraktekkan oleh rakyat jelata. Timbul peningkatan minat terhadap hal-hal gaib keagamaan.
Pada zaman Dinasti Han ini pula timbul kultus pemujaan terhadap seorang dewi bernama Xiwang Mu atau Xiwang Shengmu (Hokkian: See Ong Bo atau See Ong Seng Bo) yang berarti Ibu Suci dari Barat. Ia dikabarkan memiliki surga yang diliputi keajaiban. Di sana tumbuh pohon dan sungai keabadian. Terdapat pula hewan-hewan ajaib seperti gagak dengan tiga kaki, kura-kura ajaib, serigala berekor sembilan, dan lain sebagainya yang menghasilkan obat-obatan panjang usia. Rakyat yang berasal dari berbagai kalangan memohon berkahnya dan kuil pemujaannya-pun didirikan di seantero negeri. Bersamaan dengan itu, muncul pula ramalan akan segera berakhirnya Dinasti Han yang benar-benar terjadi dengan perebutan kekuasaan oleh Wang Mang.
Sepanjang periode perang antar Negara , muncul suatu kelompok orang yang berlatih seni umur panjang dan keabadian, mereka disebut aliran atau aliran Kedewaan Yang Abadi. Kemudian dalam periode Dinasti Qin dan Han, kelompok ini disebut dan dikenal sebagai Fang Shi ( ahli alkimia ). Orang-orang terkenal seperti Xu Shi  ,  Han Dang , Hou Gong  , Shi Sheng, Lu Sheng  , dimasa pemerintahan Kaisar Qin Shihuang  dari Dinasti Qin, Li Shaojun  , Luan Dajie  Dari pemerintahan Kaisar Han Wu dari Dinasti Han, semua mengklaim bahwa di Teluk Bo Hai , disana ada tiga pulau yang disebut Peng Lai , Fang Zhang , dan Ying Zhou dan Yang Abadi seperti Xian men , Gao Shi , An Qisheng dan dewa-dewi lainnya tinggal di pulau abadi ini. Menurut kabar berita bahwa dunia Yang Abadi ini tidaklah jauh dari dunia manusia, dan ada orang-orang yang pernah kesana.
·           Kehidupan setelah kematian
Tema kehidupan setelah kematian sangat diminati pada zaman Dinasti Han keyakinan yang sudah ada sebelumnya menyatakan bahwa jiwa manusia terdiri dari dua bagian. Setelah seorang meninggal, bagian yang lebih ringan akan naik ke atas menuju pada kerajaan para dewa, sementara bagian yang lebih besar atau bagian duniawi akan tetap tinggal di kuburan atau tempat-tempat di dekatnya dan hidup dari bekal kubur yang dipersiapkan. Kepercayaan mengenai adanya pengadilan pasca kematian timbul semasa dinasti Han. Seiring dengan meningkatnya sitem birokrasi kerajaan, dunia orang mati juga dipandang memiliki susunan pemerintahan yang sama dengan dunia ini.
·           Konfusianisme
Digunakan untuk menggeser legalisme Dinasti Qing dan terus mempengaruhi perkembangan politik, sosial dan intelektual China hingga terbentuknya Republik China pada 1911 (Bethrong, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 11). Selanjutnya pada masa pemerintahan Dinasti Wei-Qin, yang menggabungkan ajaran Konfusianisme dengan Taoisme. Sementara itu, pada masa Dinasti Tang, Konfusianisme mendapat perlawanan dari ajaran Buddhisme dan sekarang mulai berkembang ajaran neo-Konfusianisme. Lambat laun, ajaran ini terus berkembang hingga merambah Korea dan Jepang.
Konfusianisme ini sebenarnya mengajarkan kewaspadaan dan kontinuitas konsentrasi terhadap diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat, bangsa, dunia tentang apa yang terjadi saat ini dan kemungkinan yang dapat terjadi (Bethrong, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010 : 14). Sehingga, dapat dikatakan bahwa ajaran Konfusianisme ini memperhatikan aspek humanisme. Kenyataan ini diperkuat oleh definisi yang diberikan oleh Youjing Choi ( nd, dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 33) bahwa Konfusianisme adalah comforting the people through self cultivation. Pilar utama dalam ajaran Konfusianisme adalah moral dan tindakan. Hal ini menyiratkan bahwa kualitas seseorang dapat dilihat berdasarkan moral dan hal-hal yang diraihnya (Choi, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 33). Pengertian lain adalah bahwa Konfucius memberi anjuran untuk mengutamakan keharmonisan, antara manusia dengan alam dan manusa dengan manusia lainnya, demi hidup yang tenteram dan damai. Keharmonisan ini dapat dicapai jika setiap manusia menjalankan tugas sesuai peran dan kedudukannya (Tjeng, 1983: 271).
Ajaran Konfusianisme seiring perkembangan filosofinya terus menyebar ke seluruh bagian Asia Timur. Penyebaran Konfusianisme memang semakin meluas ketika masa pemerintahan Dinasti Han, dimana Konfusius memang menjadi agama resmi pada masa itu. Di Korea sendiri, perkembangan Konfusianisme dapat dibagi menjadi dua periode, yakni sebelum dan sesudah neo-Konfusianisme (Choi, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 34). Perkembangan pertama adalah sebelum masuknya neo-Konfusianisme pada masa Dinasti Koryo, perkembangan kedua adalah kedatangan neo-Konfusianisme pada masa Dinasti Choson, perkembangan yang ketiga adalah ketika neo-Konfusianisme itu sendiri mulai menyebar pada masa akhir Dinasti Choson dan perkembangan keempat adalah periode Modern dimana sudah terbentuk Imperium Korea dan pendudukan Jepang (Choi, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 34). Perkembangan di Korea ini terpenetrasi melalui karakter klasik China pada masa tiga kerajaan pertama.
Konfusianisme berusaha menuangkan hal-hal yang sesungguhnya abstrak seperti halnya "keadilan," ke dalam kata-kata atau hukum tertulis. Sedangkan Daoisme mengatakan bahwa "keadilan" yang sejati tidak dapat dituangkan dengan kata-kata. 
d)        Bidang Ekonomi
Membicarakan peerekonomian semasa dinasti Han, tidaklah lengkap rasanya bila kita tidak membicarakan apa yang dinamakan Jalur Sutra. Apa yang dimaksud jalur sutra adalah rute dagang yang menghubungkan china dengan dunia barat. Berawal dari Changan, ibukota Dinasti Han, hingga berlanjut ke daerah asia tengah di daerah tarim basin, jalur tersebut kemudian terpecah menjadi dua yaitu menuju kota yang terletak di asi tengah, dan berakhir di laut tengah. Sementara lainnya menuju hanoi, vitnam. Dan selanjutnya menuju asia tenggara. Dinasti Han banyak mengekspor kain sutra serta keramik ke barat, dan mengimpor wol, linen, dan gelas dari barat dan asia tengah.
Dinasti Han juga membiayai berbagai proyek besar, yang dapat meningkatkan perekonomian negara, sepeti perbaikan terusan Bianqu. Pemerintah juga membangun jalan-jalan menuju pusat perekonomian yang penting seperti wilayah Shu (Provinsi Sichuan sekarang)
Unsur lainnya dalam perekonomian masyarakat Dinasti Han adalah kaum budak (nubi) seorang menjadi budak terutama disebabkan oeh hutang, melakukan kejahatan, kalah perang. Petani yang berhutang tidak mampu membayarnya, biasanya menjadi budak bagi yang mengutanginya. Wang Mang, pendiri Dinasti Xin mengeluarkan peraturan yang melarang seseorang menjual dirinya demi menjadi seorang budak, demi meningktkn perekonomian negara; karena pada masa itu seorang budak tidak diwajibkan membayar pajak.  Seorang yang melakukan kejahatan dapat dijatuhkan kerja paksa yang sangat berat. Sehingga mereka yang telah dijatuhi hukuman kerja paksa, peluang untuk kembali ke rumah sangat kecil.
F.        Keruntuhan Dinasti Han

Kita telah mengetahui dari bagian sebelumnya bahwa pada masa akhir hayatnya, dinasti Han diperintah oleh kaisar-kaisar bocah serta lemah yang hanya memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh ke tangan klan-klan tertentu dan kaum keberi. Pemberontakan di daerah-daerah pun pecah pecah antara lain yang terpenting adalah pemberontakan Topi Kuning (Huang Qin), yang dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang. Dinasti Han benar-benar dilemahkan oleh pemberontakan ini. Akhirnya, kekuasaan secara berangsur-angsur jatuh ke tangan keluarga Cao yang berhasil menumbangkan dinasti Han dan didirikan Kerajaan Wei. Adapun faktor lain yang proses keruntuhan dinasti Han adalah intrik istana yang berlarut-larut, pemberontakan suku bar-bar Qiang dan yang terakhir kudeta Cao Bei sebagai pemberontakan terakhir yang menandai berakhirnya riwayat Dinasti Han untuk selama-lamanya.

Dinasti Han 4.5 5 Unknown Tuesday 16 September 2014 A.       Berdirinya Dinasti Han Pada tahun 206 SM, Liu Bang berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat dirinya sebagai kiasar baru de...


No comments:

Post a Comment


J-Theme