A.
Berdirinya
Dinasti Han
Pada tahun 206 SM, Liu Bang berhasil mengalahkan Xiang Yu serta mengangkat
dirinya sebagai kiasar baru dengan gelar Han Gaudi (206-195 SM). Dinastinya
dinamakan Han, seturut nama kerajaan yang dulu diberikan Xiang Yu padanya. Meskipun
demikian buku-buku sejarah tetap mencantumkan bahwa dinasti Han didirikan pada
tahun 206 SM, yakni saat Liu Bang diangkat sebagai raja muda Han oleh Xiang Yu.
Tugas –pertama yang harus diemban Liu Bang adalah memulihkan persatuan Negara
yakni mengembalikan provinsi dan kerajaan yang memberontak kedalam naungan
pemerintah pusat.
Untuk memperkokoh persatuan ini ia mengganti para gubernur dan
penguasa setempat dengan saudara atau putra-putranya sendiri. Para ahli membagi
periodisasi dinasti Han menjadi dua yakni, Han barat yang beribukota di Changan
dan Han timur beribukota di Luoyang.
Dinasti Han ini sempat terputus sejenak oleh kudeta atau perebutan kekuasaan
oleh seorang menteri bernama Wang Mang dimana ia mendirikan Xin (9-25) yang
tidak berumur panjang namun, kaisar Han Guangwu (25-57) yang juga terkenal
dengan sebutan Guangwudi berhasil membangkitkan kembali dinasti Han. Inilah
sebabnya mengapa kurun waktu pemerintahaan dinasti Han dibagi menjadi 2 periode
yakni masa sebelum pemberontakan Wang Mang yang disebut Han barat dan
sesudahnya disebut Han timur.
Lima tahun perang saudara telah menimbulkan kehancuran dan
kelancaran yang luar biasa.Ini tampak nyata dalam kegagalan menemuka empat kuda
yang sewarna diperlukan untuk menarik kereta Gaudi saat upacara penobatannya.
Demi mengatasi kekurangan di segala bidang ini, yang memberlakuakan penghematan
ketat dalam bidang ekonomi, hidup sederhana dan menghindari pembangunan skala
besar,serta petualangan-petualangan militer beresiko ke luar negeri. Bahkan ia
gagal mempertahankan diri terhadap bangsa Xionglu musuh bebuyutan china di
utara. Untuk mengantisipasi serangan bangsa bar-bar itu Gaudu m enempuh jalan
damai melalui pernikahan seorang putri Han dengan raja mereka.
B.
Perkembangan
Dinasti Han Barat setelah Liu Bang
Wilayah Dinasti Han pada tahun 87 SM (coklat)
dengan pos militer (titik merah) dan protektorat (titik hijau)
Gaodi terbunuh
pada tahun 195 SM oleh tembakan anak panah musuhnya. Selama enam belas tahun
berikutnya, pemerintahan dikendalikan oleh janda Liu Bang yang berna,ma Ratu Lu
Hou. Ia membunuh empat putra Gaodi yang lainnya beserta ibu mereka
masing-masing. Tindak-tanduk sang ratu menimbulkan ketakutan dalam diri Huidi
(195-188 SM) merupakan putra pengganti Gaodi hingga larut dalam pengaruhnya.
Ketika Huidi meninggal digantikan kaisar boneka yang masih bayi (putra
selir-selir Huidi) Shaodi Kong dan Shaodi Hong.
Para putra Gaodi
yang masih hidup itu lalu memilih Liu Heng sebagai kaisar baru dengan gelar
Wendi (180-157 SM). Ia menjadikan Konfusianisme sebagai falsafah
pemerintahannya.Ia dikatakan hidup dalam kesederhanaan dan memercayakan urusan
Negara pada memteri-menterinya yang menganut konfusianisme. Perdangan berkembang pesat dan lumbung-lumbung kerajaan dipenuhi
oleh bahan pangan yang dicadangkan bila terjadi bencana kelaparan. Pajak bagi
para pedagang dan produsen dikurangi, seperti pada tahun 168 SM, tatkala
ia mengurangi pajak produksi hingga separonya sebelum menghapuskannya sama
sekali, tetapi memberlakukannya kembali dalam jumlah yang sangat rendah pada
masa akhir pemerintahannya.
Hal penting lain
yang dilakukan adalah system penerimaaan pegawai negeri sipil berdasarkan ujian
Negara, yang menguji mereka tentang ajaran konfusius pada tahun 165 SM. Sistem
ujian ini bertahan hampir 2000 tahun dan baru dihapuskan dengan berakhirnya
sistem kerajaan di China tahun 1912.
Kaisar Han
berikutnya adalah Han Wudi (141-87 SM) yang merupakan salah seorang penguasa
Dinasti Han yang memerintah terlama.Ia menduduki tahta selama lebih dari 50
tahun. Semenjak umur empat tahun , ia telah menjadi raja Jiaodong, diangkat
sebagai putra mahkota pada usia Sembilan tahun, dan naik tahta pada usia 17
tahun. Terdapat banyak ironi dalam kehidupannya, sebagai contoh ia bukanlah
seorang ahli militer serta tidak pernah terlibat secara langsung dalam
pertempuran, namun luas kerajaannya bertambah dua kali lipat. Wudi merupakan
seorang raja yang tergila-gila untuk memperolehobat panjang usia.
Dua hari
menjaelang wafatnya Wudi dapat menunjuk putranya Liu fuli g sebagai putra
mahkota. Liu Fuling naik tahta dengan gelar Zhaodi (87-74) kemudian
digantikan Liu He namun tidak dimasukkan
daftar resmi kaisar dinasti Han kemudian digantukan Liu Bingyi. Zhaodi, Xuandi,
dan Yuandi adalah tiga kaisar Dinasti Han yang menerapkan politik reformasi
dengan tujuan untuk memperingan penderitaan serta beban hidup rakyat. Pengganti
Yuandi bergelar Chengdi (33-7 SM) merupakan seorang pemuda lemah yang belum layak
memegang tampuk pemerintahan kaisar. Kaisar Han berikutnya adalah bergelar Aidi
namun ia seorang homoseksual. Ia jatuh cinta pada seorang pemuda bernama Dong
Xian hingga rela menyerahkan tahta kepadanya. Ketika Aidi wafat kekuasaan jatuh
ketangan ibusuri dan berpindah kepada keponakannya Wang Mang stelah mengangkat
kaisar boneka dengan gelar Pingdi (1 SM-6M)yang wafat enam tahun kemudian.
Begitu kaisar ini mangkat Wang Mang mengangkat seorang pengganti yang berusia
dua tahun namu Dua tahun kemudia Wang Mang mengambil alih kekuasaan.
C.
Kebangkitan
dan Berkembangnya Dinasti Han Timur
Di tahun 25, Liu Xiu, sebagai keturunan dari Han Barat, mengalahkan Wang
Mang dan mendirikan kembali dinasti Han dan dipindahkan ke bagian timur dengan
Luo Yang sebagai pusat pemerintahan.
Dinasti Han banyak mengadopsi struktur pemerintahan dan administrasi dari
Dinasti Qin, namun juga memodifikasi dengan adanya desentralisasi kekuasaan.
Dinasti Han memberdayakan vasal-vasal yang tersebar, untuk kenyamanan politik. Han juga memperbaiki beragam
peraturan keras dari dinasti sebelumnya. Konfusianisme menjadi ideologi resmi,
tanpa menafikan Qin, kini seolah menjadi agama resmi Dinasti Han.
Jika dibanding dengan Han Barat, bagian Timur ini dianggap lebih otoriter. Kekaisaran
Guang Wu mereformasi kebijakan- kebijakan yang telah dibuat oleh Wang Mang
sebelumnya. Ia ‘menggoncangkan’ birokrasi dan membuat 6 kementerian untuk
mengendalikan hubungan serta memperlemah kekuatan dari Sangong (Taiwei, Situ
dan Sikong). Di samping itu, Kekaisaran Guang Wu, Ming dan Zhang begitu pandai
dalam mengurus negara dan membangun hubungan dengan rakyatnya, maka dari itu,
kesejahteraan lebih meingkat daripada masa Han Barat. Dan periode ini disebut
Guang Wu Zhong Xing.
Kesejahteraan Han Timur dirasakan saat pertengahan seratus tahun pertama.
Setelah periode Guang Wu, Ming dan Zhang, Dinasti Han mendapat kembali
kesejahteraannya. Secara keseluruhan, pertumbuhan dalam sektor ekonomi,
keilmuan dan kebudayaan dapat melebihi apa yang pernah didapat oleh Dinasti Han
Barat.
Selain itu, hubungan luar negeri Han Timur pun lebih sukses dibanding Han
Barat. Ban Chao. Seorang diplomat dari Han Timur, yang pernah lama tinggal di
daerah barat, mampu mengambil alih
setidaknya 50 wilayah menjadi kekuasan Han Timur dari Han Barat. Dan untuk
menjaga keamanan dan perdamaian, Han Timur menjalin persahabatan dengan Hun
Selatan, dan etnis Qiang pun Jepang dan Korea. Misalnya saja, pada tahun 57,
Jepang mengirimkan duta ke Cina, dan pada jaman Guang Wu, mempersembahkan
ukiran emas yang bertulis “King Wonu of Han”. Dan ini menjadi saksi betapa
antara Cina dan Jepang sungguhnya punya hubungan yang baik
D.
Penjelajahan
dan Hubungan Luar Negeri semasa Dinasti Han
a)
Perjalanan
Zhang Qian
Perjalanan ini
berawal ketika Kaisar Wudi pada tahun 138 SM menerima suatu informasi
yang luar biasa, bahwa suku Yuezhi sangat mendendam terhadap sukuXiongnu yang
seing mengancam perbatasan China. Tidak berapa lama berselang, suku Xiongnu
berhasil mengalahkan Yuezhi dan membunuh rajanya dengan kejam.Mereka bahkan
mengusir suku Yuezhi itu jauh ke arah barat.Setelah pengusiran itu, bangsa
Yuezhi berhasil mendirikan Negara yan kuat di Bokhara, dekat hulu Sungai
Oxus.Kaisar Wudi mendapatkan gagasan untuk membina perserikatan dengan suku Yuezhi
dalam menghadapi ancama suku Xiongnu.
Zhang Qian lalu diutus sebagai duta besar terhadap bangsa Yuezhiia
berangkat dengan membawa serta 100 orang dengan dipandu olehseorang anggota
suku Xiongnu yang bekerja pada Dinasti Han bernama Kanfu. Namun malang rombongan
Zhang Qian tertangkap oleh suku Xiongnu yang merasa curiga oleh tuuan
perjalanan itu. Zhang Qian lantas ditahan selama sepuluh tahun, dan agar
melupakan misinya itu, seorang wanita Xiongnu dinikahkan dengannya. Dengan kata
lain, misi Zhang Qian untuk membia perserikatan dengan bangsa Yuezhi telah
gagal. Dalam perjalanan pulang tertangkap oleh bangsa Xiongnu dan beruntung
hanya ditahan selama setahun, karena dan kekuasaan.
b)
Hubungan
dengan Kepulauan Nusantara
Berita China yang berasal dari tahun 132 menyebutkan adanya seorang
raja Yediao yang bernama Bian.Ia dikatakan telah meminjamkan materai emas dan
pita ungu kerajaannya kepada seorang maharaja bernama Diaobian. Menurut sarjana
Perancis yang bernama G. Ferrand, yediao merupakan transliterasi dari yawadwipa,
atau nama pulau Jawa pada masa lampau. Sementara itu, Diaobian merupakan lafal
tionghoa dari Dewawarman. Hanya saja hingga saat ini, masih belum didapatkan
bukti lain tokoh yang bernama deawawarman ini. Namun bila benar bahwa yang
dimaksud dengan Yediao ini adalah pulau Jawa, itu berarti bahwa hubungan antar
negeri kita dengan china telah berlangsung semenjak Dinasti Han.
c)
Hubungan
dengan Dunia Barat
Dinasti Han telah memiliki hubungandengan kekaisaran Romawi (Da
Qin), dimana hal ini terbukti dengan kedatangan sekelompokpedagang pada 166
yang mengaku sebagai utusan Kaisar Antun (Marcus Aurelius Antonius, memerintah
161-180).Mereka kemudian dating mengunjungi istana kaisar dengan
mempersembahkan daging, cula badak, dan tempurung kura-kura kepada kaisar.Duvyendak,
salah seorang ahli sejarah menduga bahwa mereka bukanlah utusan yang
sebenarnya, dan hanya mengatakan demikian agar lebih dihormati saja.
E.
Perkembangan
di Berbagai Bidang pada masa Dinasti Han
a)
Bidang
Teknologi dan Ilmu Pengetahuan
Ditemukan kertas pada tahun 105 M oleh seorang raja yang bernama
Cai Lun saat pemerintahaan Kaisar Han Hedi (88-106).Kertas semasa Cai Lun dibuat
dari kulit pohon, serat nanas (hemp), dan linen. Dengan
penemuan tersebut, kertas dapat diproduksi secara massal da semenjak saat itu
penggunaannya semakin meluas. Pada abad ke- 3 M, kertas telah dikenal oleh
masyarakat luas dan menggantikan lempengan bamboo atau kayu serta penemuan
peting lainnya dalam bidang teknologi lainnya adalah seismograf oleh Zhang Heng
(78-139 M) yang dapat menghitung kekuatan gempa dan asalnya.
b)
Bidang
Seni
Seni arsitektur
semasa Dinasti Han dapat dilihat pada penemuan replica rumah pada makam-makam
yang berasal dari zaman tersebut. Seperti model rumah, model pavilion tengah
air, model menara jaga, lukisan, lukisan pahatan batu pada altar keluarga Wu
dari zaman Din Han Timur, lukisan pada makam
c)
Bidang
Keagamaan dan Filsafat semasa Dinasti Han
·
Masuknya
buddhisme ke China
Dekat dengan pemikiran cina. Sedangkan budhisme di cina adalah bentuk
budhisme yang terkait dengan tradisi India dan tidak memegang peranan dalam
filsafat cina. Budhisme cina diwakili oleh aliran jalan tengah (SanLong Zong). Aliran jalan tengah ini mirip dengan Daois dan gabungan
keduanya melahirkan aliran Chan(di jepang dikenal dengan Zen atau Dhyana).
Istilah china chan berasal dari bahasa sansekerta yang artinya
mengidentikkan budi luhur setiap individu dengan budi semesta(alam) dengan cara
meditasi. Chanisme adalah filsafat berdiam diri dengan menekankan tramisi
khusus diluar ajaran kitab suci serta mengosongkan tubuh. Kata mengosongkan
tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata dan diamati oleh indera. Untuk mengerti budi
semesta guru Chan mengajarkan wu nian(tiada pemikiran), wangjing (melupakan perasaan), renXin(membiarkan budi menempuh jlan sendiri). Dengan
kata lain, budhisme dari cina sama dengan Daois lalu diubah menjadi budhisme
china.
Para bhiksu pertama adalah Gobharana (Ni
Mopeng) dan Kasyappa Matanga (Zhu Falan) yang diundang oleh kaisar Han Mingdi
(57 – 75) melalui utusan kerajaan Han yaitu Qin Jing dan Cai Yin, yang bertemu
dengan mereka di daerah suku Da Yue. Pada tahun 68
M, mereka tiba di Luo Yang dan tinggal di vihara Baimasi (Vihara Kuda Putih)
serta menterjemahkan Sutra Empat Puluh Dua Bagian. Sutra ini adalah kitab pertama
yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Mandarin.
·
Berdirinya
Daoisme sebagai lembaga keagamaan
Daoisme
baru menjelma menjadi suatu agama yang terorganisasi pada masa Zhang Daoling
yang hidup semasa Dinasti Han Timur. Meskipun demikian proses transformasi ini
tidak akan terjadi begitu saja tanpa faktor-faktor pendukungnya. Berikut ini
kita akan mempelajari hal-hal apa saja yang menjadi pendorong bagi proses
tersebut.
Pada
masa akhir Dinasti Zhou yang terpecah menjadi beberapa negara, banyak orang
yang terpelajar yang berkeliling untuk menjajakan kemampuan mereka sebagai ahli
ketata-negaraan maupun penasehat politik. Mereka berkeliling untuk mencari raja
atau penguasa yang bersedia memanfaatkan jasa mereka. Profesi mereka pada masa
sekarang dapat disamakan dengan para konsultan dari berbagai bidang. Dengan
penyatuan Tiongkok di bawah Dinasti Qin, praktis jasa mereka tidak diperlukan
lagi. Dinasti Han yang merupakan kelanjutan dari Dinasti Qin juga memerintah
seluruh Tiongkok. Sama dengan Dinasti Qin, mereka menerapkan sistim
pemerintahan yang terpusat serta membatasi kekuasaan para bangsawan. Dengan
demikian persatuan negara menjadi kuat. Sistim pemerintahan terpusat tersebut
menjadikan kaum terpelajar yang sebelumnya berkeliling menjajakan jasa mereka
tidak diperlukan lagi keberadaannya.
Sebelumnya
banyak dari mereka yang juga menguasai kemampuan gaib, seperti meramal nasib,
penyembuhan, dan memperpanjang usia. Karena pengetahuan mereka dalam bidang
ketata-negaraan serta politik tidak diperlukan lagi, dilakukanlah alih profesi
dengan memanfaatkan kemampuan lain tersebut. Pada masa Dinasti Qin dan Han
awal, mereka membentuk suatu kelompok masyarakat tersendiri yang disebut dengan
fangshi. Kata ini sendiri berarti "ahli ilmu gaib" (masters of formulae).
Secara umum mereka terbagi menjadi dua, yakni yang mengkhususkan diri pada ilmu
gaib, peramalan serta penyembuhan dan mereka yang mengkhususkan diri pada ilmu
pemanjang usia serta rahasia hidup abadi. Masing-masing golongan ini hadir guna
memenuhi harapan kedua kelompok masyarakat yang berbeda. Kaum kaya lebih
menginginkan umur panjang serta hidup abadi, sedangkan kaum miskin tidak
memerlukannya. Kehidupan mereka diliputi kesengsaraan, sehingga memperpanjang
hidup bagi mereka sama saja dengan memperpanjang penderitaan. Sebaliknya kaum
miskin yang antara lain terdiri dari petani, lebih menghendaki jaminan panen
yang baik dan kesehatan diri beserta anggota keluarganya, sehingga dapat
bekerja di ladang dengan lancar. Para fangshi memenuhi segenap dambaan mereka
dengan menuliskan jimat yang berisikan simbol-simbol tertentu serta kata-kata
yang dipercaya mengandung kekuatan gaib. Tujuannya adalah untuk mengundang
roh-roh suci agar memberikan kesembuhan dari penyakit, perlindungan, serta
mengabulkan setiap harapan. Jadi kaum fangshi ini kemudian menjadi semacam
kelas pendeta di tengah-tengah masyarakat pada zaman itu, dimana kelas
kependetaan semacam ini sebelumnya belum dikenal dalam Daoisme.
Faktor
pendorong lain, adalah ajaran seorang ahli filsafat bernama Mozi (± 480 – 390
SM). Beliaulah yang mengawali tradisi suatu agama terorganisasi dengan
mendirikan altar-altar guna memuja roh-roh halus lokal. Para pengikut Mozi yang
disebut kaum Mohis, mengajak rakyat untuk memuja altar-altar itu. Meskipun
Ajaran Mozi (Mohisme) kehilangan pengaruhnya pada masa Dinasti Han, tetapi
tetap saja rakyat masih melakukan pemujaan semacam itu, yang kemudian diambil
alih oleh Daoisme.
Faktor
ketiga yang mendorong perubahan Daoisme menjadi suatu agama, adalah melemahnya
upacara ritual kerajaan yang dilakukan oleh para shaman. Sebagaimana yang telah
kita bahas di atas, para raja Dinasti Zhou memanfaatkan jasa para shaman untuk
melakukan upacara keagamaan bagi mereka. Lambat laun makna dari upacara
keagamaan tersebut menjadi tidak dikenal lagi, sehingga upacara tersebut
merosot menjadi semacam rutinitas belaka. Karenanya upacara semacam itu tidak
dapat lagi memuaskan kebutuhanan spiritual pada masa itu. Akhir upacara-upacara
kuno yang diorganisasi kerajaan terjadi semasa Dinasti Han, di mana kaisar
memutuskan untuk menganut Daoisme, dengan mendirikan altar pada tahun 150 M
guna menghormati Lao Zi. Posisi para shaman penyelenggaran upacara ritual
kerajaan digantikan oleh para fangshi.
Demikianlah
tiga prasyarat untuk menjadikan Dao suatu agama tersedia sudah: kelas kaum
pendeta, sistim pemujaan, dan dukungan kerajaan. Pada masa inilah Zhang Daoling
tampil ke panggung sejarah. Semasa mudanya, Zhang Daoling mempelajari
kitab-kitab klasik Konfusianisme, namun kemudian beralih pada ajaran-ajaran Lao
Zi serta ilmu memperpanjang umur. Ia lalu pindah ke wilayah Shu (Yunnan
sekarang), yang pada masa itu merupakan daerah terpencil serta
bergunung-gunung. Daerah tersebut didiami oleh suku-suku yang mempraktekkan
kepercayaan shamanistik kuno. Bagi orang yang tinggal di desa-desa terpencil
semacam itu, roh-roh adalah sesuatu yang nyata dan ilmu gaib adalah pusat
kehidupan mereka. Zhang Daoling menyatakan bahwa ia menerima ajaran langsung
dari Lao Zi, yang juga memberikannya
kekuatan guna menyembuhkan penyakit serta menaklukkan roh-roh jahat. Karena
keampuhan air yang telah dibubuhi abu hasil pembakaran jimatnya, Zhang berhasil
menarik banyak pengikut. Jimat tersebut adalah sehelai kertas kuning yang
ditulisi simbol-simbol tertentu dengan warna merah. Kebanyakan simbol-simbol
tersebut merupakan sarana untuk memanggil roh-roh atau makhluk suci. Zhang
menciptakan suatu agama yang berpusat pada dirinya sendiri, ia memberikan gelar
Lao Zi sebagai Taishang Laoqun (Penguasa Agung nan Tinggi). Zhang Daoling dan
keturunannya kemudian menjadi pemimpin gerakan keagamaan itu. Gerakan keagamaan
ini disebut dengan wudoumidao atau "Jalan Lima Gantang Beras," karena
orang yang ingin bergabung diharuskan membayar sumbangan sejumlah lima gantang
beras. Pujaan utama aliran keagaman ini adalah Lao Zi yang dipandang sebagai
pendiri Daoisme (kendati Zhang Daoling yang mentransformasikan Daoisme menjadi
suatu agama). Zhang Daoling dan keturunannya menyebut diri mereka sebagai
"Guru-guru Langit" (Tianshi) dan menjadi perantara antara para dewa
dan umat awam. Namun, hal terpenting di atas semua itu adalah agama baru ini
dapat memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat. Zhang Daoling dan pengikutnya
menciptakan suatu sistim keagamaan lengkap dengan kaum pendeta, kitab suci,
upacara ritual, dan ilmu gaibnya. Mereka memerintah bagaikan paus atas sistim
keagamaan baru tersebut.
Karya Daois yang ditulis pada zaman ini adalah Taipingjing
(Kitab Perdamaian dan Keseimbangan), yang membahas berbagai hal, seperti
penciptaan dunia, pentingnya upacara ritual, aturan moralitas, pahala-pahala,
hukuman, serta ilmu menambah kesehatan dan umur panjang. Kitab penting lainnya
adalah Huainanzi yang ditulis pada pertengahan abad ke-2 SM oleh seorang
pangeran wilayah Huainan (inilah yang menyebabkan mengapa ia juga disebut
Huainanzi) yang bernama Liu An – cucu Liu Bang. Isinya mengisahkan legenda para
dewa gunung yang memiliki kepala manusia dan tubuh naga. Selain itu disebutkan
mengenai Gunung Kunlun tempat seseorang dapat mencapai keabadian. Para kaisar
lalu berusaha menghubungkan dirinya dengan dewa-dewa melalui upacara rumit yang
dipimpin oleh pendeta Daois. Pada zaman ini tidak hanya kaisar saja yang
memiliki harapan untuk meminta bantuan kekuatan kosmis dan meramalkan masa
depan, karena hal ini juga dipraktekkan oleh rakyat jelata. Timbul peningkatan
minat terhadap hal-hal gaib keagamaan.
Pada
zaman Dinasti Han ini pula timbul kultus pemujaan terhadap seorang dewi bernama
Xiwang Mu atau Xiwang Shengmu (Hokkian: See Ong Bo atau See Ong Seng Bo) yang
berarti Ibu Suci dari Barat. Ia dikabarkan memiliki surga yang diliputi
keajaiban. Di sana tumbuh pohon dan sungai keabadian. Terdapat pula hewan-hewan
ajaib seperti gagak dengan tiga kaki, kura-kura ajaib, serigala berekor
sembilan, dan lain sebagainya yang menghasilkan obat-obatan panjang usia.
Rakyat yang berasal dari berbagai kalangan memohon berkahnya dan kuil
pemujaannya-pun didirikan di seantero negeri. Bersamaan dengan itu, muncul pula
ramalan akan segera berakhirnya Dinasti Han yang benar-benar terjadi dengan
perebutan kekuasaan oleh Wang Mang.
Sepanjang periode perang antar Negara , muncul suatu kelompok orang
yang berlatih seni umur panjang dan keabadian, mereka disebut aliran atau
aliran Kedewaan Yang Abadi. Kemudian dalam periode Dinasti Qin dan Han,
kelompok ini disebut dan dikenal sebagai Fang Shi ( ahli alkimia ). Orang-orang
terkenal seperti Xu Shi , Han Dang , Hou Gong , Shi Sheng, Lu
Sheng , dimasa pemerintahan Kaisar Qin Shihuang dari Dinasti Qin,
Li Shaojun , Luan Dajie Dari pemerintahan Kaisar Han Wu dari
Dinasti Han, semua mengklaim bahwa di Teluk Bo Hai , disana ada tiga pulau yang
disebut Peng Lai , Fang Zhang , dan Ying Zhou dan Yang Abadi seperti Xian men ,
Gao Shi , An Qisheng dan dewa-dewi lainnya tinggal di pulau abadi ini. Menurut
kabar berita bahwa dunia Yang Abadi ini tidaklah jauh dari dunia manusia, dan
ada orang-orang yang pernah kesana.
·
Kehidupan
setelah kematian
Tema kehidupan setelah kematian sangat diminati pada
zaman Dinasti Han keyakinan yang sudah ada sebelumnya menyatakan bahwa jiwa
manusia terdiri dari dua bagian. Setelah seorang meninggal, bagian yang lebih
ringan akan naik ke atas menuju pada kerajaan para dewa, sementara bagian yang
lebih besar atau bagian duniawi akan tetap tinggal di kuburan atau
tempat-tempat di dekatnya dan hidup dari bekal kubur yang dipersiapkan.
Kepercayaan mengenai adanya pengadilan pasca kematian timbul semasa dinasti
Han. Seiring dengan meningkatnya sitem birokrasi kerajaan, dunia orang mati
juga dipandang memiliki susunan pemerintahan yang sama dengan dunia ini.
·
Konfusianisme
Digunakan untuk
menggeser legalisme Dinasti Qing dan terus mempengaruhi perkembangan politik,
sosial dan intelektual China hingga terbentuknya Republik China pada 1911
(Bethrong, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 11). Selanjutnya pada masa
pemerintahan Dinasti Wei-Qin, yang menggabungkan ajaran Konfusianisme dengan
Taoisme. Sementara itu, pada masa Dinasti Tang, Konfusianisme mendapat
perlawanan dari ajaran Buddhisme dan sekarang mulai berkembang ajaran
neo-Konfusianisme. Lambat laun, ajaran ini terus berkembang hingga merambah
Korea dan Jepang.
Konfusianisme ini sebenarnya mengajarkan kewaspadaan dan
kontinuitas konsentrasi terhadap diri sendiri, keluarga, komunitas, masyarakat,
bangsa, dunia tentang apa yang terjadi saat ini dan kemungkinan yang dapat
terjadi (Bethrong, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010 : 14). Sehingga, dapat dikatakan bahwa ajaran Konfusianisme ini
memperhatikan aspek humanisme. Kenyataan ini diperkuat oleh definisi yang
diberikan oleh Youjing Choi ( nd, dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 33) bahwa
Konfusianisme adalah comforting
the people through self cultivation. Pilar utama dalam ajaran
Konfusianisme adalah moral dan tindakan. Hal ini menyiratkan bahwa kualitas
seseorang dapat dilihat berdasarkan moral dan hal-hal yang diraihnya (Choi, nd
dalam Chang dan Kalmanson, 2010: 33). Pengertian lain adalah bahwa Konfucius
memberi anjuran untuk mengutamakan keharmonisan, antara manusia dengan alam dan
manusa dengan manusia lainnya, demi hidup yang tenteram dan damai. Keharmonisan
ini dapat dicapai jika setiap manusia menjalankan tugas sesuai peran dan
kedudukannya (Tjeng, 1983: 271).
Ajaran
Konfusianisme seiring perkembangan filosofinya terus menyebar ke seluruh bagian
Asia Timur. Penyebaran Konfusianisme memang semakin meluas ketika masa
pemerintahan Dinasti Han, dimana Konfusius memang menjadi agama resmi pada masa
itu. Di Korea sendiri, perkembangan Konfusianisme dapat dibagi menjadi dua
periode, yakni sebelum dan sesudah neo-Konfusianisme (Choi, nd dalam Chang dan
Kalmanson, 2010: 34). Perkembangan pertama adalah sebelum masuknya
neo-Konfusianisme pada masa Dinasti Koryo, perkembangan kedua adalah kedatangan
neo-Konfusianisme pada masa Dinasti Choson, perkembangan yang ketiga adalah
ketika neo-Konfusianisme itu sendiri mulai menyebar pada masa akhir Dinasti
Choson dan perkembangan keempat adalah periode Modern dimana sudah terbentuk
Imperium Korea dan pendudukan Jepang (Choi, nd dalam Chang dan Kalmanson, 2010:
34). Perkembangan di Korea ini terpenetrasi melalui karakter klasik China pada
masa tiga kerajaan pertama.
Konfusianisme berusaha menuangkan hal-hal yang sesungguhnya abstrak
seperti halnya "keadilan," ke dalam kata-kata atau hukum tertulis.
Sedangkan Daoisme mengatakan bahwa "keadilan" yang sejati tidak dapat
dituangkan dengan kata-kata.
d)
Bidang Ekonomi
Membicarakan peerekonomian semasa dinasti Han, tidaklah
lengkap rasanya bila kita tidak membicarakan apa yang dinamakan Jalur Sutra.
Apa yang dimaksud jalur sutra adalah rute dagang yang menghubungkan china dengan
dunia barat. Berawal dari Changan, ibukota Dinasti Han, hingga berlanjut ke
daerah asia tengah di daerah tarim basin, jalur tersebut kemudian terpecah
menjadi dua yaitu menuju kota yang terletak di asi tengah, dan berakhir di laut
tengah. Sementara lainnya menuju hanoi, vitnam. Dan selanjutnya menuju asia
tenggara. Dinasti Han banyak mengekspor kain sutra serta keramik ke barat, dan
mengimpor wol, linen, dan gelas dari barat dan asia tengah.
Dinasti Han juga membiayai berbagai proyek besar, yang
dapat meningkatkan perekonomian negara, sepeti perbaikan terusan Bianqu.
Pemerintah juga membangun jalan-jalan menuju pusat perekonomian yang penting
seperti wilayah Shu (Provinsi Sichuan sekarang)
Unsur lainnya dalam perekonomian masyarakat
Dinasti Han adalah kaum budak (nubi) seorang menjadi budak terutama disebabkan
oeh hutang, melakukan kejahatan, kalah perang. Petani yang berhutang tidak
mampu membayarnya, biasanya menjadi budak bagi yang mengutanginya. Wang Mang,
pendiri Dinasti Xin mengeluarkan peraturan yang melarang seseorang menjual
dirinya demi menjadi seorang budak, demi meningktkn perekonomian negara; karena
pada masa itu seorang budak tidak diwajibkan membayar pajak. Seorang yang melakukan kejahatan dapat
dijatuhkan kerja paksa yang sangat berat. Sehingga mereka yang telah dijatuhi
hukuman kerja paksa, peluang untuk kembali ke rumah sangat kecil.
F.
Keruntuhan
Dinasti Han
Kita telah mengetahui dari bagian sebelumnya bahwa pada masa akhir
hayatnya, dinasti Han diperintah oleh kaisar-kaisar bocah serta
lemah yang hanya memerintah secara singkat. Kekuasaan jatuh
ke tangan klan-klan tertentu dan kaum keberi. Pemberontakan di daerah-daerah
pun pecah pecah antara lain yang terpenting adalah pemberontakan Topi Kuning (Huang
Qin), yang dipimpin oleh tiga bersaudara Zhang. Dinasti Han benar-benar
dilemahkan oleh pemberontakan ini. Akhirnya,
kekuasaan secara berangsur-angsur jatuh ke tangan keluarga Cao yang berhasil
menumbangkan dinasti Han dan didirikan Kerajaan Wei. Adapun faktor lain yang
proses keruntuhan dinasti Han adalah intrik istana yang berlarut-larut,
pemberontakan suku bar-bar Qiang dan yang terakhir kudeta Cao Bei sebagai
pemberontakan terakhir yang menandai berakhirnya riwayat Dinasti Han untuk
selama-lamanya.
No comments:
Post a Comment