a.
Latar Belakang
Dikatakan bahwa yang mendirikan
Boedi Oetomo adalah Dr. Wahidin Sudirohoesodo, pernyataan ini tidak tepat. Yang
tepat adalah Dr. Wahidin Sudirohoesodo adalah pendorong untuk pendirian Boedi
Oetomo, bukan pendiri. Dalam bahasa Belandanya “de stootgever”, bukan
“oprichter” dari Boedi Oetomo.
Pada awalnya Dr. Wahidin
Sudirohoesodo berusaha untuk mendirikan suatu Studiefonds, yaitu suatu lembaga
untuk membiayai pemuda-pemuda yang cakap dan pandai, tetapi tidak mampu
melanjutkan pelajarannya. Dan oleh sebab itu Dr. Wahidin Sudirohoesodo menemui
beberapa sekolah menengah, yang pada waktu itu sudah dianggap tinggi, antara
lain Sekolah Dokter di Jakarta, yang dinamakan Stovia. Disinilah Dr. Wahidin
bertemu Dr. Sutomo yang pada waktu itu masih menjadi pelajar Stovia. Dr. Sutomo
inilah yang kemudian akan menjadi “oprichter” dari Boedi Oetomo.
Di Stovia, Dr. Wahidin
menceritakan cita-citanya untuk mendirikan Studiefonds, kemudian setelah
mendengar cita-cita tersebut, maka timbullah keinginan dalam kalangan
pelajar-pelajar Stovia untuk meluaskan cita-cita Dr. Wahidin itu dengan tidak
hanya berusaha untuk mendirikan Studiefonds, tetapi mendirikan suatu
perkumpulan yang bertujuan lebih luas daripada Studiefonds saja.
b.
Tujuan dan Orientasi
Boedi Oetomo mempunyai tujuan yang disebut “de
harmonische ontwikkeling van land en volk van Java en Madura”, tujuan ini
mempunyai arti yaitu kemajuan yang harmonis untuk nusa dan bangsa Jawa dan
Madura. Masih belum ada tujuan untuk
persatuan Indonesia di dalam kalangan bangsa Indonesia. Oleh sebab itu yang
dikehendaki Boedi Oetomo hanya meliputi Jawa dan Madura saja, dan sama sekali
belum disebutkan “kemerdekaan”. Meskipun kesadaran nasional sudah ada, tetapi
untuk menyebutkan dengan tegas bahwa yang dimaksud sebagai tujuan adalah
“kemerdekaan” belumlah waktunya, dan hanya disebut harmonische ontwikkeling,
jadi kemajuan harmonis dari nusa dan bangsa Jawa dan Madura. Dengan jalan ada
beberapa usaha untuk mencapai tujuan antara lain:
1.
Memajukan pengajaran sesuai
dengan apa yang dicita-citakan oleh Dr. Wahidin.
2.
Memajukan pertanian,
peternakan, dan perdagangan.
3.
Memajukan teknik dan industri.
4.
Menghidupkan kembali
kebudayaan.
Selanjutnya,
disebutkan mempertinggi cita-cita kemanusiaan, hal ini sudah masuk dalam
cita-cita tujuan saat pendirian Boedi Oetomo. Akhirnya disebut: “allea wat
nodig is om te bereiken een waardig volksbestaan”, yang artinya: “segala yang
perlu untuk menjamin kehidupan sebagai bangsa yang terhormat”. Di sinilah apa
yang sebenarnya menjadi cita-cita Boedi Oetomo adalah kehormatan bangsa,
kedudukan bangsa supaya menjadi bangsa yang terhormat di antara bangsa-bangsa
di dunia ini.
Jadi, meskipun yang dijalankan hanya
pada lapangan-lapangan lain seperti pengajaran, kebudayaan dan sebagainya
tetapi dalam pokoknya yang dikehendaki, dicita-citakan oleh para pendiri Boedi
Oetomo adalah kehidupan bangsa yang terhormat.
c.
Keanggotaan
Pada bulan Oktober 1908 pertama
kalinya diadakan kongres, mengadakan rapat besar di Yogyakarta untuk
mengesahkan statuten yang telah direncanakan dan ditetapkan di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908, namun baru disahkan dalam rapat besar di Yogyakarta, dalam
rapat besar itu juga mulai dibentuk pengurus besar, pengurus pusat dari seluruh
perkumpulan dan pengurus besar pertama ini diketuai oleh seorang bupati, Bupati
Karanganyar Raden Adipati Tirtokusumo, sedang Dr. Wahidin yang menjadi
pendorong dari Boedi Oetomo itu dipilih sebagai Wakil Ketua. Karena dipilihnya
seorang bupati sebagai ketuanya maka perkumpulan ini mempunyai suatu pengertian
yang istimewa, yaitu untuk menarik perhatian lebih luas dari kalangan priyayi.
d.
Sifat dan corak
kehidupan
Waktu didirikan, perkumpulan
Boedi Oetomo pada hakekatnya sudah menghendaki tujuan politik, tetapi didalam
statutennya tidak begitu tegas dinyatakan tujuan politik. Maka dari itu bahwa
Boedi Oetomo tidak dapat dikatakan sebagai perkumpulan politik. Hal ini
dikarenakan pada waktu itu ada larangan yang tegas melarang perkumpulan
politik, maka dari itu Boedi Oetomo tidak didirikan sebagai perkumpulan
politik, tetapi didalam prakteknya didorongkan kelapangan politik.
e.
Akhir Perkembangan
Dalam kongres 1931 diambil keputusan penting, yaitu
kongres memerintahkan kepada Pengurus Besar untuk berusaha mempersatukan
perkumpulan-perkumpulan yang berdasarkan kebangsaan Indonesia. Jadi pada waktu
itu dirasa bahwa ada perkumpulan yang sebenarnya cita-citanya sama dan dasarnya
sama, akan tetapi terpecah-pecah, karena itu timbul keinginan yang kemudian
dicantumkan dalam suatu keputusan kongres, memerintahkan kepada pengurus Besar
untuk berusaha mempersaukan pekumpulan-perkumpulan yang berdasarkan kebangsaan
Indonesia. Usaha Pengurus Besar itu berhasil, tetapi baru dalam tahun 1935
telah terjadi fusi penyatuan menjadi satu perkumpulan dari Boedi Oetomo dengan
perkumpulan Persatuan Bangsa Indonesia yang berkedudukan di Surabaya dan
dipimpin oleh Dr. Sutomo.
Dr. Sutomo yang mendirikan
Boedi Oetomo, kemudian mendirikan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI) yang
berkedudukan di Surabaya, sehingga dua perkumpulan yang didirikan oleh Dr.
Sutomo yaitu Boedi Oetomo dan PBI, berfusi menjadi satu perkumpulan yang
menamakan dirinya Partai Indonesia Raya (PARINDRA). Jadi PARINDRA itu lahir
dimasyarakat Indonesia pada akhir tahun 1935 sebagai penyatuan, fusi dari Boedi
Oetomo dan PBI. Jadi Boedi Oetomo yang didirikan pada tahun 1908 akhirnya meleburkan dirinya di dalam PARINDRA
pada tahun 1935 dengan fusi bersama-sama PBI.
DAFTAR BACAAN:
Pringgodigdo, A.K. 1984. Sejarah Pergerakan Rakyat
Indonesia. Jakarta : Dian Rakyat.
Kartodirjo, Sarjono. 1999. Pengantar Sejarah Indonesia Baru; SEJARAH
PERGERAKAN NASIONAL; Dari Kolonialisme sampai Nasionalisme. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Ricklefs,
M.C. 1991. SEJARAH INDONESIA MODERN. Yogyakarta: GADJAH MADA UNIVERSITY
PRESS.
terimakasih dan salam sehat selalu,
ReplyDeletehttps://ruangguru.com